From: Mas Ferdi
[0812828xxx]
[0812828xxx]
Km lg knp dek?
Tlp aku ga prnh diangkat, sms ga prnh dibls. Aku samperin ke rmh km ga prnh
ada. Klo mmg ada masalah, kita bicarakan baik2 ya. Jgn dibiarkan menggantung
sprti ini. Hr pernikahan tinggal bbrp hr lagi. Tlg angkat tlpku, atau plg tdk
bls smsku ini. –aku yg merindumu-
Tlp aku ga prnh diangkat, sms ga prnh dibls. Aku samperin ke rmh km ga prnh
ada. Klo mmg ada masalah, kita bicarakan baik2 ya. Jgn dibiarkan menggantung
sprti ini. Hr pernikahan tinggal bbrp hr lagi. Tlg angkat tlpku, atau plg tdk
bls smsku ini. –aku yg merindumu-
Sudah berkali-kali ia baca pesan
singkat yang di kirim oleh Ferdi, calon suaminya yang beberapa hari lalu ia
lihat sedang bercumbu dengan wanita lain di ruangan kantor Ferdi. Dan sepertinya
Ferdi memang tidak mengetahui kedatangan Rani tempo hari ke kantornya itu. Karena
semenjak hari itu Rani memang tidak pernah berkomunikasi, lebih tepatnya tidak
pernah mengangkat panggilan masuk ataupun membalas pesan singkat dari Ferdi.
Hatinya masih perih jika mengingat kejadian tempo hari.
singkat yang di kirim oleh Ferdi, calon suaminya yang beberapa hari lalu ia
lihat sedang bercumbu dengan wanita lain di ruangan kantor Ferdi. Dan sepertinya
Ferdi memang tidak mengetahui kedatangan Rani tempo hari ke kantornya itu. Karena
semenjak hari itu Rani memang tidak pernah berkomunikasi, lebih tepatnya tidak
pernah mengangkat panggilan masuk ataupun membalas pesan singkat dari Ferdi.
Hatinya masih perih jika mengingat kejadian tempo hari.
Ya, Rani seakan menghindari bertemu
dengan Ferdi dan lebih memilih mengunjungi panti asuhan untuk bertemu Nisrina
dan beberapa anak lainnya. Ia lebih meyukai menghabiskan waktu sorenya dengan
bermain dan bercanda dengan anak-anak tersebut.
dengan Ferdi dan lebih memilih mengunjungi panti asuhan untuk bertemu Nisrina
dan beberapa anak lainnya. Ia lebih meyukai menghabiskan waktu sorenya dengan
bermain dan bercanda dengan anak-anak tersebut.
***
Disandarkan kepalanya pada sofa di
ruang kerjanya yang ia duduki saat ini. Dipejamkan kedua matanya, tangan kanannya
memijat keningnya yang sejak tadi berdenyut. Kepalanya pening sejak tadi.
ruang kerjanya yang ia duduki saat ini. Dipejamkan kedua matanya, tangan kanannya
memijat keningnya yang sejak tadi berdenyut. Kepalanya pening sejak tadi.
“Mau sampe kapan lo begini beb?
Pernikahan lo tinggal beberapa hari lagi gitu” Disya, sahabatnya yang sejak
tadi memperhatikan Rani menjadi khawatir dengan kondisi sahabatnya itu mulai
bicara.
Pernikahan lo tinggal beberapa hari lagi gitu” Disya, sahabatnya yang sejak
tadi memperhatikan Rani menjadi khawatir dengan kondisi sahabatnya itu mulai
bicara.
“Nggak tau beb, gue juga bingung”
“Kalo emang lo nggak mau nikah
sama Ferdi, mendingan lo bilang ke dia dari sekarang deh beb. Jangan lo diemin
kyak gini. Pikirin juga keluarga besar lo dan keluarga besar Ferdi.” Disya
menghampiri Rani dan kemudian duduk di sofa disamping sahabatnya itu.
sama Ferdi, mendingan lo bilang ke dia dari sekarang deh beb. Jangan lo diemin
kyak gini. Pikirin juga keluarga besar lo dan keluarga besar Ferdi.” Disya
menghampiri Rani dan kemudian duduk di sofa disamping sahabatnya itu.
“Tapi, dia selingkuh beb. Gue liat sendiri dia
lagi ciuman sama temen kantornya itu” Rani membuka kedua matanya, kemudian
memandang Disya dengan sedikit emosi.
lagi ciuman sama temen kantornya itu” Rani membuka kedua matanya, kemudian
memandang Disya dengan sedikit emosi.
“Lo yakin Ferdi selingkuh?”
selidik Disya. Rani menggelengkan kepalanya.
selidik Disya. Rani menggelengkan kepalanya.
“Jujur deh beb. Lo sebenernya nggak
mau kehilangan Ferdi, karena lo udah terlalu sayang dan percaya sama dia kan beb?”
Disya meletakkan kedua tangannya di bahu Rani.
mau kehilangan Ferdi, karena lo udah terlalu sayang dan percaya sama dia kan beb?”
Disya meletakkan kedua tangannya di bahu Rani.
“….”
“Lo juga berharap Ferdi dan
keluarganya mau nerima keberadaan Nisrina kan, beb?” Kali ini Disya menatap
kedua mata Rani, dalam. Ada kebimbangan disana. Yang di tatap kemudian
menundukkan kepalanya, menatap lantai berkarpet tebal sebagai alasnya.
keluarganya mau nerima keberadaan Nisrina kan, beb?” Kali ini Disya menatap
kedua mata Rani, dalam. Ada kebimbangan disana. Yang di tatap kemudian
menundukkan kepalanya, menatap lantai berkarpet tebal sebagai alasnya.
“Please, jujur sama diri lo sendiri beb. Jangan bohongin hati lo
lagi.” Disya memeluk sahabatnya dengan erat.
lagi.” Disya memeluk sahabatnya dengan erat.
Dirasakannya kedua bahu Rani
berguncang hebat, isak tangis pun mulai terdengar.
berguncang hebat, isak tangis pun mulai terdengar.
“Gue terlalu sayang dia beb. Gue
nggak mau kehilangan dia. Tapi gue juga nggak mau kehilangan anak gue lagi
beb.” Air mata Rani sudah tidak terbendung lagi.
nggak mau kehilangan dia. Tapi gue juga nggak mau kehilangan anak gue lagi
beb.” Air mata Rani sudah tidak terbendung lagi.
Disya masih memeluk Rani dengan
erat. Memberikan kekuatan pada sahabatnya yang saat ini sedang sangat rapuh.
erat. Memberikan kekuatan pada sahabatnya yang saat ini sedang sangat rapuh.
“Gue takut beb. Gue takut mas
Ferdi nggak mau terima keberadaan anak gue dan lebih memilih wanita itu
dibanding gue. Gue takut beb.” Di ungkapkannya hal yang mengganjal hatinya beberapa
waktu ini.
Ferdi nggak mau terima keberadaan anak gue dan lebih memilih wanita itu
dibanding gue. Gue takut beb.” Di ungkapkannya hal yang mengganjal hatinya beberapa
waktu ini.
Disya masih berusaha menenangkan
sahabatnya ketika pintu ruangan kerja Rani dibuka oleh lelaki bertubuh atletis
yang sejak tadi mendengar percakapan mereka dari balik pintu tersebut. Rani
menegakkan wajahnya, terkejut melihat sosok yang sekarang berdiri beberapa
meter di depannya itu.
sahabatnya ketika pintu ruangan kerja Rani dibuka oleh lelaki bertubuh atletis
yang sejak tadi mendengar percakapan mereka dari balik pintu tersebut. Rani
menegakkan wajahnya, terkejut melihat sosok yang sekarang berdiri beberapa
meter di depannya itu.
“Mas Ferdi!”
Hari ke- 7 #13HariNgeblogFF
Cerita sebelumnya : Balas Kangenku, Dong!
Leave a Reply