Rani terdiam mematung di depan
pintu berwarna coklat yang tidak tertutup rapat itu. Di hadapannya kini
terlihat adegan seorang wanita yang menggunakan blouse berwarna merah dan rok
mini berwarna hitam sedang mencumbu mesra lelaki bertubuh atletis.
pintu berwarna coklat yang tidak tertutup rapat itu. Di hadapannya kini
terlihat adegan seorang wanita yang menggunakan blouse berwarna merah dan rok
mini berwarna hitam sedang mencumbu mesra lelaki bertubuh atletis.
Lelaki yang dalam beberapa hari
kedepan akan menjadi suaminya. Lelaki yang pernah berjanji tidak akan
menyakitinya ataupun melukai perasaannya. Lelaki yang meyakinkannya bahwa masih
ada pria yang bersikap gentleman dan
bertanggung jawab. Dan sekarang lelaki tersebut sedang bercumbu mesra dengan
wanita lain. Sigh!
kedepan akan menjadi suaminya. Lelaki yang pernah berjanji tidak akan
menyakitinya ataupun melukai perasaannya. Lelaki yang meyakinkannya bahwa masih
ada pria yang bersikap gentleman dan
bertanggung jawab. Dan sekarang lelaki tersebut sedang bercumbu mesra dengan
wanita lain. Sigh!
Tanpa pikir panjang Rani berbalik
arah dan berjalan dengan tergesa-gesa. Ia tidak ingin berada di kantor tersebut
lebih lama lagi. Dadanya semakin sesak, kedua matanya pun mulai terasa panas.
arah dan berjalan dengan tergesa-gesa. Ia tidak ingin berada di kantor tersebut
lebih lama lagi. Dadanya semakin sesak, kedua matanya pun mulai terasa panas.
Sehabis menutup telepon dari
Ferdi beberapa jam yang lalu, Rani memutuskan untuk menemui Ferdi di kantornya saja.
Rani tidak dapat menunggu lebih lama lagi hingga jam kerja usai. Ia tidak dapat
berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Pikirannya selalu di penuhi bayang-bayang
Nisrina, anaknya, dan juga reaksi Ferdi saat mengetahui tentang keberadaan
Nisrina.
Ferdi beberapa jam yang lalu, Rani memutuskan untuk menemui Ferdi di kantornya saja.
Rani tidak dapat menunggu lebih lama lagi hingga jam kerja usai. Ia tidak dapat
berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Pikirannya selalu di penuhi bayang-bayang
Nisrina, anaknya, dan juga reaksi Ferdi saat mengetahui tentang keberadaan
Nisrina.
Iya, Rani awalnya ingin
memberitahu Ferdi tentang Nisrina, yang mungkin akan mempengaruhi rencana
pernikahan mereka yang tinggal hitungan hari ini. Tapi kejadian yang ia lihat
barusan sudah cukup membuatnya yakin keputusan apa yang harus ia pilih.
memberitahu Ferdi tentang Nisrina, yang mungkin akan mempengaruhi rencana
pernikahan mereka yang tinggal hitungan hari ini. Tapi kejadian yang ia lihat
barusan sudah cukup membuatnya yakin keputusan apa yang harus ia pilih.
Sakit hati sudah pasti. Di saat
ia mencoba mempercayai dan mencintai lelaki itu sepenuhnya, Rani harus menerima
kenyataan bahwa Ferdi tidak ada bedanya dengan Sony, mantan kekasihnya yang
meninggalkannya dalam keadaan mengandung dulu.
ia mencoba mempercayai dan mencintai lelaki itu sepenuhnya, Rani harus menerima
kenyataan bahwa Ferdi tidak ada bedanya dengan Sony, mantan kekasihnya yang
meninggalkannya dalam keadaan mengandung dulu.
“Ternyata semua lelaki sama” umpat
Rani dari balik kemudinya.
Rani dari balik kemudinya.
Dibenamkan wajahnya diantara kedua lengannya yang menyilang di atas kemudi
mobilnya. Rani tidak dapat lagi menahan cairan yang sejak tadi mulai membendung
di kedua matanya. Ia menangis hingga kedua bahunya berguncang di dalam Honda Jazz
berwarna biru itu.
mobilnya. Rani tidak dapat lagi menahan cairan yang sejak tadi mulai membendung
di kedua matanya. Ia menangis hingga kedua bahunya berguncang di dalam Honda Jazz
berwarna biru itu.
Sekitar 30 menit ia berada dalam
kondisi seperti itu. Pikirannya kacau, pandangannya buram karena air mata yang
masih deras mengalir dari kedua matanya. Hati teramat sakit. Luka lamanya
kembali terkuak. Semakin perih, seperti luka yang sudah hampir mengering yang
disiram alkohol kemudian di iris-iris dengan pisau. Sangat perih.
kondisi seperti itu. Pikirannya kacau, pandangannya buram karena air mata yang
masih deras mengalir dari kedua matanya. Hati teramat sakit. Luka lamanya
kembali terkuak. Semakin perih, seperti luka yang sudah hampir mengering yang
disiram alkohol kemudian di iris-iris dengan pisau. Sangat perih.
45 menit….
1 jam…
Rani mulai dapat menguasai
dirinya. Di hirupnya udara sebanyak mungkin untuk memenuhi rongga paru-parunya,
kemudian dihempaskannya perlahan-lahan. Hal tersebut dilakukannya
berulang-ulang hingga hati dan pikirannya benar-benar tenang. Benar-benar bisa
berpikir dengan jernih.
dirinya. Di hirupnya udara sebanyak mungkin untuk memenuhi rongga paru-parunya,
kemudian dihempaskannya perlahan-lahan. Hal tersebut dilakukannya
berulang-ulang hingga hati dan pikirannya benar-benar tenang. Benar-benar bisa
berpikir dengan jernih.
Di raihnya ponsel berwarna putih
dari dalam tasnya. Kemudian Rani menekan tombol berwarna merah pada ponselnya. Switch off. Saat ini, ia tidak ingin
diganggu oleh siapapun, terutama Ferdi, lelaki yang ternyata tidak jauh berbeda
dengan Sony. Di lemparkannya ponsel berwarna putih itu ke dalam tasnya.
Kemudian ia menyeka bekas air mata yang membasahi kedua pipinya dengan tissue.
Di hirup kembali udara sebanyak mungkin, kemudian di hempaskannya udara
tersebut perlahan-lahan. Di tariknya sudut-sudut bibirnya keatas, mencoba
tersenyum.
dari dalam tasnya. Kemudian Rani menekan tombol berwarna merah pada ponselnya. Switch off. Saat ini, ia tidak ingin
diganggu oleh siapapun, terutama Ferdi, lelaki yang ternyata tidak jauh berbeda
dengan Sony. Di lemparkannya ponsel berwarna putih itu ke dalam tasnya.
Kemudian ia menyeka bekas air mata yang membasahi kedua pipinya dengan tissue.
Di hirup kembali udara sebanyak mungkin, kemudian di hempaskannya udara
tersebut perlahan-lahan. Di tariknya sudut-sudut bibirnya keatas, mencoba
tersenyum.
Setelah memasangkan seatbelt dengan benar, Rani menyalakan
mobilnya. Hati dan pikirannya sudah lebih tenang sekarang. Sesaat kemudian
Honda Jazz berwarna biru itu pun melaju meninggalkan lahan parkir di gedung
perkantoran yang terletak di pusatnya kota Jakarta itu.
mobilnya. Hati dan pikirannya sudah lebih tenang sekarang. Sesaat kemudian
Honda Jazz berwarna biru itu pun melaju meninggalkan lahan parkir di gedung
perkantoran yang terletak di pusatnya kota Jakarta itu.
***
“Bunda Rani datang…. Bunda Rani
datang lagi….” Beberapa anak panti menghampiri Rani sambil berteriak-teriak
dengan gembira.
datang lagi….” Beberapa anak panti menghampiri Rani sambil berteriak-teriak
dengan gembira.
Rani kemudian berjongkok dan
memeluk satu persatu anak-anak yang sebagian besar masih berusia dibawah lima
tahun itu.
memeluk satu persatu anak-anak yang sebagian besar masih berusia dibawah lima
tahun itu.
“Hari ini pinter semua kan?”
Tanya Rani pada kerumunan anak kecil tersebut yang dijawab dengan anggukan oleh
mereka.
Tanya Rani pada kerumunan anak kecil tersebut yang dijawab dengan anggukan oleh
mereka.
“Karena kalian semuanya
pinter-pinter, ini Bunda bawain hadiah untuk kalian” Rani mengangkat kantong plastik
berukuran besar yang berisi makanan ringan yang sengaja ia beli sebelumnya,
khusus untuk mereka.
pinter-pinter, ini Bunda bawain hadiah untuk kalian” Rani mengangkat kantong plastik
berukuran besar yang berisi makanan ringan yang sengaja ia beli sebelumnya,
khusus untuk mereka.
“Mau.. mau.. mau..” teriak
anak-anak tersebut sambil mengangkat tinggi tangannya. Kemudian mereka semua
membentuk barisan yang rapi, seperti biasa, dan satu persatu menghampiri Rani
mengambil hadiah yang dimaksud Rani.
anak-anak tersebut sambil mengangkat tinggi tangannya. Kemudian mereka semua
membentuk barisan yang rapi, seperti biasa, dan satu persatu menghampiri Rani
mengambil hadiah yang dimaksud Rani.
“Hayo, bilang apa sama Bunda
Rani..” ujar Bu Susi, kepala yayasan di panti tersebut yang sudah berdiri di
belakangnya sejak tadi, tanpa ia sadari.
Rani..” ujar Bu Susi, kepala yayasan di panti tersebut yang sudah berdiri di
belakangnya sejak tadi, tanpa ia sadari.
“Terima kasih Bunda Rani…” ujar
mereka kompak. Kemudian berlarian menuju ruangan bermain meninggalkan Rani
berdua dengan Ibu Susi.
mereka kompak. Kemudian berlarian menuju ruangan bermain meninggalkan Rani
berdua dengan Ibu Susi.
Rani kemudian berdiri sambil
tersenyum puas. Ada kebahagiaan tersendiri setiap melihat anak-anak panti
tersebut tertawa bahagia. Seperti tidak ada beban. Lepas.
tersenyum puas. Ada kebahagiaan tersendiri setiap melihat anak-anak panti
tersebut tertawa bahagia. Seperti tidak ada beban. Lepas.
Tidak salah ia mengambil
keputusan untuk cuti sejenak dari sakit hatinya terhadap Ferdi, dengan
mengunjungi anak-anak panti ini. Salah satu hiburan terbaiknya saat sedih. Berada
di sekitar anak-anak yang selalu ceria, tanpa beban.
keputusan untuk cuti sejenak dari sakit hatinya terhadap Ferdi, dengan
mengunjungi anak-anak panti ini. Salah satu hiburan terbaiknya saat sedih. Berada
di sekitar anak-anak yang selalu ceria, tanpa beban.
Cerita sebelumnya : Orang Ketiga Pertama
Hari ke-4 #13hariNgeblogFF
Leave a Reply