Kasih terbangun dari tidurnya sambil
mencari-cari sumber suara yang mengganggu mimpinya.
mencari-cari sumber suara yang mengganggu mimpinya.
Rendy’s calling
Tulisan yang tertera di layar ponsel pintarnya
tersebut membuat Kasih terlonjak dari kasurnya. Setengah sadar ia
menatap kembali layar sentuh ponsel pintarnya yang masih menampilkan nama
lelaki yang sudah ia kenal sejak sepuluh tahun yang lalu itu.
tersebut membuat Kasih terlonjak dari kasurnya. Setengah sadar ia
menatap kembali layar sentuh ponsel pintarnya yang masih menampilkan nama
lelaki yang sudah ia kenal sejak sepuluh tahun yang lalu itu.
Kasih berdeham sejenak sebelum
menekan tombol hijau di layar sentuhnya.
menekan tombol hijau di layar sentuhnya.
“Halo, Dy”
“Bangun, sayang. Udah pagi nih”
ucap suara di seberang.
ucap suara di seberang.
“Baru jam lima di sini” Kasih
menatap jam digital di atas meja belajarnya yang menampilkan angka 5:00 itu.
menatap jam digital di atas meja belajarnya yang menampilkan angka 5:00 itu.
“Ah, Iya. Aku lupa. Maaf, ya,
udah ganggu tidur kamu”
udah ganggu tidur kamu”
***
Hangat genggaman tangan ini.
Pelukan ini. Kasih terbelenggu di dalamnya. Debar jantungnya terdengar berirama
agak cepat memasuki gendang telinga Kasih. Tangannya yang agak sedikit kasar
itu masih membelai lembut rambut ikal Kasih. Mengalirkan sensasi tersendiri
dalam pembuluh darah di tubuh Kasih.
Pelukan ini. Kasih terbelenggu di dalamnya. Debar jantungnya terdengar berirama
agak cepat memasuki gendang telinga Kasih. Tangannya yang agak sedikit kasar
itu masih membelai lembut rambut ikal Kasih. Mengalirkan sensasi tersendiri
dalam pembuluh darah di tubuh Kasih.
“Kamu masih komunikasi sama dia?”
seketika Kasih bungkam. Tubuhnya mengejang mendengar pertanyaan lelaki yang irama
detak jantungnya masih tak beraturan ini.
seketika Kasih bungkam. Tubuhnya mengejang mendengar pertanyaan lelaki yang irama
detak jantungnya masih tak beraturan ini.
“Ci, kamu masih komunikasi sama
dia?” ulangnya.
dia?” ulangnya.
Kasih mengangkat kepalanya dari
dada bidang lelaki berkulit cokelat itu. Menatap matanya, dalam. Ada luka di
sana. Kasih mengalihkan pandangannya menatap kedua tangannya. Seketika lelaki
bertubuh tegap itu membawanya lebih dalam, mendekat ke dadanya, lagi. Memeluknya
lebih erat. Kedua mata kasih memanas. Ada yang membendung di sana.
dada bidang lelaki berkulit cokelat itu. Menatap matanya, dalam. Ada luka di
sana. Kasih mengalihkan pandangannya menatap kedua tangannya. Seketika lelaki
bertubuh tegap itu membawanya lebih dalam, mendekat ke dadanya, lagi. Memeluknya
lebih erat. Kedua mata kasih memanas. Ada yang membendung di sana.
“Aku tahu, kok” lelaki itu
membelai lembut rambut Kasih. Membuat pertahanannya runtuh seketika.
membelai lembut rambut Kasih. Membuat pertahanannya runtuh seketika.
***
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari Tiket.com dan nulisbuku.com #TiketBaliGratis.
Leave a Reply