• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
Perspektif Rula

Perspektif Rula

Believe what you see

  • Home
  • About
  • Reviews
    • Books
    • Events
    • Movies
    • Products
  • Flash Fictions
  • Blog
  • Contact

Just Be Your Self, Ka

May 13, 2015 by Nurul Aria 14 Comments

Tok… tok… tok…
“Ka, lo udah rapi kan? Ka…..”
teriak suara perempuan dari balik pintu.
“Ka, jangan bilang lo masih belom
bangun, deh” teriak suara tersebut lagi kali ini diikuti dengan ketukan di
pintu yang lebih kencang.
Dika, yang masih meringkuk di dalam
selimut tebalnya untuk melawan hawa dingin pagi di hari libur ini, dengan
terpaksa menyingkirkan selimut kesayangannya itu dari tubuhnya dan bangkit dari
tempat tidur yang pagi itu memiliki daya gravitasi tinggi untuk menghampiri si
pembuat keributan.
Dengan langkah gontai Dika
menghampiri pintu kayu yang dilapisi cat berwarna tanah kemudian membukakan
pintu bagi perempuan yang sepagi buta ini sudah membuat keributan di depan
kamarnya.
“Bener, kan yang udah gue duga.
Lo masih tidur dan belom rapi” perempuan yang mengenakan kemeja flannel berwarna merah itu mendorong
paksa masuk kamar Dika, menghampiri kursi yang berada tak jauh dari meja
belajar Dika, kemudian menyerahkan handuk yang ia ambil dari kursi tersebut
pada Dika. “Cepetan mandi, gih. Lo kan udah janji mau nemenin gue weekend ini.” Kali ini perempuan
berkacamata itu mendorong Dika menuju kamar mandi yang terletak di sebelah
kanan pintu masuk.
***
“Kita mau ke mana, sih, Ren?”
Dika heran karena Renata, si-perempuan-pembuat-keributan-pagi-ini, mengajaknya
naik kendaraan umum. “Kenapa gak naik mobil gue aja, coba?”
“Kita mau keliling Jakarta naik
kendaraan umum. Kalo naik kendaraan pribadi mah gak ada seninya. Kena macet,
iya” Rena mencibirkan bibirnya di hadapan Dika.
Meskipun sering dibuat kesal
dengan sikap Rena yang seenak udelnya itu, tapi Dika tak pernah menolak
permintaan Rena, yang memang hampir selalu ajaib menurutnya.
Perempuan-pembuat-keributan-pagi-ini sudah Dika kenal sejak mereka masih
menimba ilmu di sekolah dasar. Saat itu Dika merupakan murid baru di sekolah
tersebut, dan hanya kursi di sebelah Rena yang kosong. Sehingga guru wali
kelasnya mempersilahkan Dika untuk duduk bersebelahan dengan Rena. Dan sejak
saat itu hingga siang ini mereka masih terus bersahabat.
“Jadi sebenarnya kita mau ke
mana, Rena?” ujar Dika setelah berada dalam commuterline tujuan Jakarta – Kota.
“Kita mau ke Kotu.” Jawab Rena
lantang
“Kotu?” Tanya Dika ulang.
“Iya, Kotu. Kota Tua. Jangan
bilang lo gak tau Kotu itu di mana deh?” Rena menyipitkan matanya saat menatap
Dika. Yang hanya dijawab Dika dengan senyuman datar.
“Emang ada apa aja di Kotu?”
Tanya Dika datar.
“Banyak museum di sana, Ka. Ada
Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Fatahilah, Museum Wayang,
Museum Keramik, dan banyak museum lainnya. Gak akan nyesel deh lo nemenin gue tour the museum hari ini” ujarnya
menjelaskan. “Dan nanti kalau sempat, kita juga ke Museum Gajah yang deket
Monas, ya”
“Maksudnya kalau sempat?” tanyaku
heran.
“Ya, soalnya kan museum itu
tutupnya jam tiga, Ka. Makanya gue ngajak lo dari pagi berangkatnya. Biar bisa
keliling-keliling museum. Gitu.”
***

“Ka, lo jangan jauh-jauh ya dari
gue. Entar kalo lo ilang, bisa berabe gue laporan ke Tante Dian.” Rena
mengingatkanku lagi untuk tetap berada di dekatnya setelah sampai di stasiun
Kota atau yang lebih dikenal dengan Beos ini.
“Nah, dari stasiun Kota ini kita
lewat pintu keluar yang sebelah kiri aja, Ka. Kita startnya dari MBM aja ya, baru ke MBI dan museum lainnya.” Rena
memulai tugasnya sebagai pemandu wisata bagi Dika yang memang baru pertama kali
menginjakkan kaki di daerah Kota ini.
Setelah menyeberang melalui
penyeberangan bawah tanah, Dika dan Rena memasuki sebuah bangunan tua berwarna
putih dengan tulisan Museum Bank Mandiri berwarna perak.
“Ini dulunya gedung milik
perusahaan dagang dari Belanda, Ka. Dan sekitar tahun enam puluh delapan,
gedung ini beralih jadi kantor pusat Bank Exim.” Rena mulai menjadi pemandu
wisata lagi.
Setelah menaiki tangga masuk ke
dalam Museum Bank Mandiri ini Dika melihat ruangan yang sangat luas dengan
beberapa koleksi yang menggambarkan aktifitas perbankan zaman dulu. Dika
terperangah dibuatnya. Terutama saat membalikkan badannya Dika melihat terdapat
hiasan ornamen berupa stained glass
berwarna warni di dinding atas dekat tangga yang menuju ke lantai atas. Stained
glass yang menggambarkan empat musim seperti musim yang dialami di kawasan
Eropa. Cantik. Hanya itu yang bisa Dika ucapkan dalam hatinya.  
Sudah selesai mengelilingi Museum
Bank Mandiri, dan meilhat koleksi lain yang ada di museum ini, akhirnya Rena
mengajaknya ke Museum Bank Indonesia, yang letaknya bersebelahan dengan Museum
Bank Mandiri.
“Nah, kalo di sini kita harus
menitipkan barang bawaan kita, Ka. Gak boleh dibawa masuk” ujar Rena sambil
berjalan menuju tempat penitipan tas. Kemudian mengeluarkan dompet dan
gadgetnya untuk dibawa berkeliling.
“Beli tiket masuknya di mana,
Ren?” tanya Dika polos. Karena sejak di Museum Bank Mandiri, Dika tidak melihat
Rena membeli tiket masuk ke Museum.
“Kalo di MBM sama MBI sih free,
Ka. Nanti di museum yang lain baru bayar tiket masuk. Yuk, masuk ke dalem. Lebih
banyak sejarahnya di sini.” Rena menarik tangan Dika untuk mengikutinya masuk.
Begitu memasuki ruang koleksi Museum
Bank Indonesia ini Dika melihat diorama dan display elektronik juga teknologi
modern lainnya yang menggambarkan sejarah perbankan di Indonesia. Baru kali ini
Dika menemukan museum yang menarik perhatiannya. Ya, mungkin juga karena Dika
hampir tidak pernah berkunjung ke museum, karena Dika memang kurang menyukai
sejarah.
“Kalo ruangan itu isinya emas
batangan, Ka. Replika, sih. Heheh. Dan ruangan ini berlapis baja super tebal,
loh.” Rena menjelaskan lagi.
“Kalo yang itu ruangan apa, Ren?”
Dika menunjuk salah satu ruangan yang agak gelap.
“Oh, itu ruangan koleksi mata
uang. Ruang Numismatik kalo gak salah. Ada mata uang dari berbagai negara juga
kok. Yuk, masuk” Rena mendahului Dika memasuki ruangan yang dindingnya
bercahaya itu.
…
Setelah puas mengelilingi Museum
Bank Indonesia, Dika dan Rena mampir sejenak di Café dekat Museum Fatahillah, Café
Batavia namanya. Beristirahat sejenak, sambil mengisi perut yang sudah protes
minta diisi. Dika menanyakan hal yang memang sejak awal mengganggu pikirannya.
“Lo kenapa tiba-tiba ngajak gue
jalan, Ren?” tanya Dika.
“Cuma pengen ngajak lo
seneng-seneng, sih. Gak lebih.” Jawab Rena santai sambil menguyah makannya.
“Pasti ada alasan lain, deh.”
“Hehe. Iya, iya. Gue emang gak
pernah bisa bohong ya sama lo, Ka. Lo macam cenayang aja, deh.” Rena meletakkan
sendoknya di atas piring. Kemudian menatap Dika, lekat.
“Kemarin Tante Dian telepon gue.
Tante bilang beberapa hari ini sikap lo aneh terus. Lebih banyak di kamar dan
seakan menghindari Tante Dian. Nah, Tante Dian khawatir anaknya kenapa-napa. Gue
deh yang jadi tumbal buat ngeluarin elo dari kamar.” Rena kemudian berdiri, dan
duduk di kursi kosong di sebelah kiri Dika. “Gue tahu, Ka, alasan lo bersikap
kayak gitu. Kalo emang lo gak mau Tante Dian tahu, ya jangan kayak gitu, lah. Malah
jadi curiga beliau kalo anaknya kenapa-napa.”
Dika termenung. Mengingat kejadian
beberapa hari kemarin yang memang membuatnya seakan tidak ingin bertemu dengan
dunia luar selain kamarnya lagi.
“Udah, jangan bengong. Cepetan abisin
makanan lo. Kita lanjut ke museum lainnya, yuk. Mumpung masih siang, nih. Nanti
keburu tutup.”  Rena menyadarkanku.
“Ren, lo gak jijik temenan sama
gue?” Dika bertanya saat perjalanan mereka menuju Museum Fatahillah.
“Jijik kenapa? Karena lo gay?”
Rena menoleh memandang Dika. Yang ditanya hanya menganggukkan kepala. Rena
menghembuskan napasnya berat. “Awalnya gue kaget sih, Ka, denger rumor tentang
lo itu. Tapi, setelah gue pikir lagi. Itu hak lo, mau memilih jalan hidup
seperti apa. Yang penting lo bahagia dengan hidup lo sekarang. Dan masalah
keluarga lo, pelan-pelan lah bilang ke mereka. Pasti mereka akan paham. Be your self lah, Ka. Okeh!” Rena
menepuk pipi Dika hangat. Sehangat hatinya yang selalu mampu membuat Dika
merasa tidak sendirian di dunia ini.
***
words : 1203
Cerpen ini ditulis dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen dari Tiket.com dan nulisbuku.com #FriendshipNeverEnds #TiketBelitungGratis .
Tweet
Pin
Share
0 Shares

About Nurul Aria

A(+) · Ibu 1 Anak · Penyuka Lukisan Alam · Bookworm · Virgo · Crochet & Knitt-er · My Last Book: Menikahimu Itu Pilihanku

Reader Interactions

Comments

  1. Winda says

    June 7, 2020 at 00:47

    Ending yang tak terduga.. kupikir rena bakal nyatakan cintaa.. hahaha

    Reply
    • Nurul Aria says

      June 7, 2020 at 06:54

      Ternyataaaa… oh ternyata ya miii

      Reply
  2. Febyanti Lestari says

    June 7, 2020 at 01:08

    dua perbedaan sifat antara Dika sama Renata yg mampu melengkapi satu sama lain yaa, suka banget ceritanya nih mom rula ku menunggu cerpen berikutnya

    Reply
    • Nurul Aria says

      June 7, 2020 at 06:54

      Cerpen lainnya ada di kolom flashfiction kak.. cuss liat liat hihi

      Reply
  3. Alfa says

    June 7, 2020 at 08:55

    Jadi kangen jalan2 ke kota baca cerita ini.. hihi..

    Reply
    • Nurul Aria says

      June 8, 2020 at 09:03

      Iya yaa.. udh lama ga jalan2 huhu.. semoga pandemi ini segera berlalu yaa.. biar bisabjalan2 lagii

      Reply
  4. Enny says

    June 7, 2020 at 12:59

    Kirain kenapa dika ngurung diri di kamar, ternyata karena itu. Boleh juga plot twistnya mbak. Semoga menamg kompetisinya ya.

    Reply
    • Nurul Aria says

      June 8, 2020 at 09:02

      Hihi. Makasih kak.. udh lama itu kompetisinyaa🙈🙈

      Reply
  5. Ully says

    June 7, 2020 at 15:30

    Ini aku baca sampe serius apa, kan ternyata cerpen ala mom rul wkkwkw dan keren aih mom ini endingny pun bkin gemash sekali wkwkkw

    Reply
    • Nurul Aria says

      June 8, 2020 at 09:02

      Gemashh yaaaa

      Reply
  6. Mirza Pradita says

    June 7, 2020 at 21:40

    Seperti biasa selalu suka cerpen yg dibuat Mama Adis. Ceritanya selalu beda & bikin ga nyangka jalan ceritanya

    Reply
    • Nurul Aria says

      June 8, 2020 at 09:02

      Hihi makasih Tamirr😘

      Reply
  7. dhestiana says

    June 8, 2020 at 08:36

    Alamak kirain si rena atau si dika yg suka, ternyata si dika gay toh.

    Reply
    • Nurul Aria says

      June 8, 2020 at 09:01

      Begitulahhh makk🤭

      Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

Yuk subscribe sekarang untuk dapat kabar terbaru dan ulasan terbaru dari saya mengenai buku, event dan film. Janji gak bakal spam, kok! 😄

  • Email
  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter

Ulasan Terbaru di Perspektif Rula

Koplo Superstar

KOPLO SUPERSTAR, AJANG PENCARIAN BAKAT TERBARU DI ANTV

Aku Titipkan Cinta

KESERUAN MELIHAT PROSES SHOOTING SINETRON TITIPKAN AKU CINTA

Rumah Wijaya X Ganara Art

HEALING TIPIS TIPIS DI RELAUNCH RUMAH WIJAYA X GANARA ART SPACE

Revu

KEMUDAHAN MENJADI REVIEWER DI REVU INDONESIA

Scarlett Brightening Shower Scrub

MANDI MEWAH DENGAN VARIAN TERBARU SCARLETT BRIGHTENING SHOWER SCRUB: CHARMING, FRESHY, JOLLY

[FICTION] 5. THE REASON (TO START OVER NEW) (PART [FICTION] 5. THE REASON (TO START OVER NEW) (PART 5)

"Udah sarapan, dan gak aus." jawab gadis itu singkat. "Lo aneh deh, Nis" imbuhnya lagi. 

"Perasaan lo aja kali. Hehe." Nisa berusaha untuk bersikap biasa saja. Namun sepertinya itu tak akan berhasil jika berhadapan dengan sahabatnya ini. 

"Lo kan, gak bisa ngumpetin sesuatu dari gue. Hayo ngaku, kenapa lo?" Lala berdiri menghampiri Nisa yg berada di ruang makan itu. Yang ditanya malah tertunduk, diam.

"Rencana lo hari ini mau kemana aja, deh?" akhirnya gadis berhijab hitam itu bersuara juga setelah cukup lama terdiam.

"Cari bahan buat seragam, sih yg utama. Terus paling ngurusin undangan, sama nyari barang buat seserahan. Tapi itu entar sama Ken juga, jadi sorean paling nunggu dia pulang kerja." jelas Lala singkat. "Kenapa emang?" tanyanya sambil mencomot roti bakar di meja makan. "Minta ya, Nis. Terlihat menggiurkan. Hehe" imbuhnya lagi ketika melihat sahabatnya itu mendelik melihat tingkah lakunya.

"Pagi ini temenin gue ke RS dulu bisa berarti, ya?" ujar Nisa terdengar santai. Tidak dengan hati dan pikirannya yg agak panik menanti reaksi sahabatnya akan permintaannya ini.

"Ngapain?" ditatapnya Nisa dengan seksama.
"Honestly, gue lupa kalo ada janji nemenin lo hari ini. Sedangkan gue udah terlanjur appointment sama dokter pagi ini." Jawab Nisa dengan lesu. Ada rasa bersalah di sana.

"Ya ampun, Nis. Gue kira ada apaan." Lala kemudian bangkit untuk mengambil gelas di kitchen set. Kemudian mengisinya dengan air dari dispenser dan meminumnya. Haus dia ternyata. "Santai aja, sih. Eh tapi lo ngapain ke dokter? Lagi sakit, lo? Kok gak bilang gue. Biar gue cancel aja kalo lo lagi sakit." 

"Check up aja, sih. Lo tau sendiri Kak Mitha gimana, kan" masih dengan nada yang dibuat santai. Gadis berambut ikal itu hanya mengangguk angguk sambil menaruh gelas di meja dan mendekati Nisa lagi.

"Tadi bilangnya udah kenyang. Masih aja sarapan gue diembat." cibir Nisa melihat sahabatnya yg mengambil roti bakar di piring untuk kesekian kalinya. 

"Hehe... Lo tau sendiri gue lemah kalo sama makanan" ujar Lala kemudian melanjutkan kunyahannya.
~~

Ngakunya Chek-up aja gaes.

#TulisanRula #NisaJuna #CeritaNisaJuna #Fiksi
HOW I SPEND MY WEEKEND IN JAKARTA BIRD LAND Annye HOW I SPEND MY WEEKEND IN JAKARTA BIRD LAND

Annyeong...

Jadi weekend kemarin saya berkunjung ke Wahana terbaru di @ancoltamanimpian yaitu Jakarta Bird Land. 

Yes, akhirnya bisa ke sini juga. 

Di Jakarta Bird Land ini terdapat sekitar 600an jenis burung dari berbagai willayah di Indonesia dan Mancanegara, loh. 

Ada beberapa Zona.

Seperti Macaw Zone, di area ini kita bisa berinteraksi langsung bahkan bisa foto bareng juga dengan burung berjenis Macaw. Yang foto bareng saya ini namanya Janu.

Ada juga Cockatoo Zone, di sini saya lihat ada Merak Putih.

Di area Atas banyak kumpulan Jalak Bali bebas terbang. 

Dan, meski banyak burung terbang bebas pun berkeliaran, area di Jakarta Bird Land ini bersih dan nyaman banget, bun.

Last but not least, jangan lewatin Free Fly Bird Show dari tribunnya ya, bun. Bisa lihat beberapa jenis burung yang besar terbang mendekat. 

Seru banget, kan!!

Thank youu @jakartabirdland

#RulaRekomen #RulaReview #JakartaBirdLand #Ancol  #AncolTamanImpian #TempatRekreasi #Keluarga #Rekreasi #Wisata
ME TIME DI EVERGREEN SALON SENOPATI Annyeong... ME TIME DI EVERGREEN SALON SENOPATI

Annyeong...

Kapan terakhir Me Time di salon? 

Kalo saya udah lama banget. Makanya pas Minggu lalu ada waktu luang, sempet sempetin deh Me Time sejenak di @evergreensalon.id cabang Senopati. 

Oh iya, #EverGreenSalon cabang Senopati ini sekarang pindah ke Jl. Suren II No. 1 ya, bun. 

Tempatnya luas, bersih dan nyaman banget. Pilihan treatmentnya banyak dan ada promo paket treatmentnya juga. 

Udah gitu ada ruangan khusus hijabers, jadi aman deh kalo mau buka bukaan pas treatment.

Terapisnya udah berpengalaman dan ramah. Pijetannya mantul 👍🏻.

Thank youu @evergreensalon.id 💙💙💙

#RulaReview #RulaRekomen #MeTime #Salon
LANGIT SENJA KALA ITU #Langit #Senja #Sky #SkyLov LANGIT SENJA KALA ITU

#Langit #Senja #Sky #SkyLover #LangitSenja #Awan
BOLU KUKUS NUSA RASA SEKARANG ADA DI DEPOK Annyeo BOLU KUKUS NUSA RASA SEKARANG ADA DI DEPOK

Annyeong...

Jadi, kemarin saya datang ke Grand Openingnya @bolunusarasa.id cabang Depok.

Tepatnya di Jl. Margonda Raya RT 03, RW 04, Pondok Cina - Depok. (Patokannya samping Bittersweet by Najla)

Bolu Kukus Nusa Rasa ini banyak pilihan Varian rasanya: 
🥧 Pandan Ketan
🥧 Vanilla
🥧 Black Forrest
🥧 Talas
🥧 Original
🥧 Chocoreo

Oh iya, lagi ada Promo Grand Opening juga ya.  Per boxnya cuma 25K loh, bun.

Dan ada varian barunya juga, Dessert Cup. 

Yang saya cobain ini Varian terbarunya #BoluKukusNusaRasa yaitu Chocoreo. Bolunya lembut banget, rekomen banget deh 👍🏻

Kuy, lah pada borong di Bolu Kukus Nusa Rasa store Depok. 

#RulaReview #RulaRekomen
[FICTION] 5. THE REASON (TO START OVER NEW) (PART [FICTION] 5. THE REASON (TO START OVER NEW) (PART 4)

"Separah itu kah kondisi aku, Jun?" tanya suara diseberang.

"I can't tell you now. But to be honest, Astrocytoma grade three ini gak bisa dianggap remeh, Nis. Ditambah belakangan ini another symptoms mulai bermunculan, kan? So, I need to know this astrocytoma progress." sebisa mungkin Arjuna menjelaskan tanpa harus membuat Nisa semakin panik. Meskipun sebenarnya lelaki berkacamata ini mulai sedikit cemas akan kondisi Nisa. Dan berharap dugaannya melenceng.

Hening seketika memenuhi sambungan nirkabel tersebut.

"Jam 10 kita ketemu di ruang tunggu MRI, ya. Sekarang aku mau visit pasiennya Bang Dyon dulu." Ujar Juna memecah keheningan tersebut. Yang hanya disambut oleh helaan napas panjang oleh lawan bicaranya di seberang sana.
"Nis..."
"Okey.. Okey.. Nanti aku coba bilang ke Lala untuk mampir ke RS dulu." jawab suara di sana. "Eh, she's here. Aku tutup dulu ya, Jun." lanjut Nisa lagi dan kemudian sambungan nirkabel itu terputus.
"See you, Nis" ujar Juna pelan sambil menatap layar gawainya yang menggelap.

I'm sorry that I hurt you 
It's something I must live with everyday
And all the pain I put you through 
I wish that I could take it all away 
And be the one who catches all your tears 
That's why I need you to hear...

***

"Hai, La. Masuk dulu, ya. Gue sarapan dulu." ujar Nisa setelah membukakan pintu untuk sahabatnya sejak kuliah tersebut. 

Gadis berambut ikal tersebut pun mengekori Nisa yang menuju ruang tamu bernuansa krem, kemudian duduk di sofa terdekat tanpa disuruh. Lala sudah terbiasa dengan rumah ini, karena saking seringnya dia berkunjung ke rumah satu satunya sahabat perempuan yang masih bertahan hingga kini. 

"Lo udah rapih aja. Gue kira masih di tempat tidur, lo." Ujar Lala melihat penampilan Nisa yang sudah rapi pagi ini.

"Lo mau minum dulu, gak? Atau mau makan? Udah sarapan belom, lo?" Nisa tak merespon ucapan Lala tadi. Malah menghujaninya dengan pertanyaan yang terdengar seperti basa basi.

"Udah sarapan, dan gak aus." jawab gadis itu singkat. "Lo aneh deh, Nis" imbuhnya lagi. 
~~~

Lala mulai curiga, gaes...

#TulisanRula #CeritaNisaJuna #NisaJuna #Fiksi #FlashFiction

© 2019–2023 · Perspektif Rula by Belle Design Studio