Sore ini langit memancarkan
semburat jingganya dengan cantik. Bias sinar dari sang mentari yang perlahan
mulai memasuki peraduannya di ufuk barat sana.
semburat jingganya dengan cantik. Bias sinar dari sang mentari yang perlahan
mulai memasuki peraduannya di ufuk barat sana.
Sudah waktunya pulang
Rani memperhatikan dengan seksama
anak perempuan berambut lurus sebahu dengan poni menutupi dahinya yang lebar.
Pipinya yang seperti bakpau itu, semakin membuat Rani gemas dan ingin
mencubitinya. Di belainya rambut halus anak itu dengan lembut. Semakin hari,
Rani semakin tidak ingin berpisah dengan anak perempuan berusia empat tahun
itu.
anak perempuan berambut lurus sebahu dengan poni menutupi dahinya yang lebar.
Pipinya yang seperti bakpau itu, semakin membuat Rani gemas dan ingin
mencubitinya. Di belainya rambut halus anak itu dengan lembut. Semakin hari,
Rani semakin tidak ingin berpisah dengan anak perempuan berusia empat tahun
itu.
Ini sudah kali ketiga Rani
mengunjungi panti asuhan ini. Hanya untuk bertemu dengan Nisrina, anak yang
pernah ia lahirkan empat tahun yang lalu. Yang dengan terpaksa ia tinggalkan di
pinggir jalan. Dan yang dipertemukan kembali di panti asuhan ini. Oleh takdir.
mengunjungi panti asuhan ini. Hanya untuk bertemu dengan Nisrina, anak yang
pernah ia lahirkan empat tahun yang lalu. Yang dengan terpaksa ia tinggalkan di
pinggir jalan. Dan yang dipertemukan kembali di panti asuhan ini. Oleh takdir.
Sejenak ia memeluk lembut gadis kecil di
sampingnya ini, mencium keningnya, kemudian membelai lembut kedua pipinya.
Dilihatnya lagi sepasang mata mungil yang selalu hadir di mimpinya itu. Di
raihnya kedua tangan mungil Nisrina dalam genggamannya. Di dekatkannya kedua
tangan itu ke dada Rani kemudian ke dada Nisrina dan kembali ke pipi gadis itu.
Hal yang selalu Rani lakukan setiap berpamitan dengan gadis mungil ini. Cara
Rani memberitahukan betapa ia sangat menyayangi gadis itu. Dan akan selalu
kembali untuk menemui gadisnya itu.
sampingnya ini, mencium keningnya, kemudian membelai lembut kedua pipinya.
Dilihatnya lagi sepasang mata mungil yang selalu hadir di mimpinya itu. Di
raihnya kedua tangan mungil Nisrina dalam genggamannya. Di dekatkannya kedua
tangan itu ke dada Rani kemudian ke dada Nisrina dan kembali ke pipi gadis itu.
Hal yang selalu Rani lakukan setiap berpamitan dengan gadis mungil ini. Cara
Rani memberitahukan betapa ia sangat menyayangi gadis itu. Dan akan selalu
kembali untuk menemui gadisnya itu.
Rani bangkit dari duduknya, dan
ia merasakan bagian bawah bajunya di tarik. Dilihatnya tangan mungil Nisrina
memegangi erat bagian bawah bajunya itu, wajahnya memancarkan kesedihan. Ah,
Rani tak pernah tega jika melihat tatapan sedih anak itu. Di peluknya lagi
gadis kecil bertubuh gempal itu. Tak ingin ia lepaskan.
ia merasakan bagian bawah bajunya di tarik. Dilihatnya tangan mungil Nisrina
memegangi erat bagian bawah bajunya itu, wajahnya memancarkan kesedihan. Ah,
Rani tak pernah tega jika melihat tatapan sedih anak itu. Di peluknya lagi
gadis kecil bertubuh gempal itu. Tak ingin ia lepaskan.
Aku harus ambil keputusan secepatnya. Tapi, bagaimana dengan Ferdi?
Dengan pernikahan ku yang tinggal hitungan hari? Apa mereka bisa menerima
Nisrina?
Dengan pernikahan ku yang tinggal hitungan hari? Apa mereka bisa menerima
Nisrina?
Dan berbagai macam pertanyaan
lainnya bermunculan satu per satu di benaknya.
lainnya bermunculan satu per satu di benaknya.
***
From:
Mas Ferdi [0812828xxx]
Mas Ferdi [0812828xxx]
Dek,
jgn lupa ya, hari ini ada pertemuan sama orang WOnya. Km bs dtg kan?
jgn lupa ya, hari ini ada pertemuan sama orang WOnya. Km bs dtg kan?
Sudah berkali-kali Rani membaca
tulisan yang tertera di layar ponselnya itu, tanpa ada niat untuk membalasnya.
tulisan yang tertera di layar ponselnya itu, tanpa ada niat untuk membalasnya.
Drrttt… drtttt..
Mas Ferdi calling
Rani menghirup dalam-dalam udara
di sekitarnya. Memenuhi rongga paru-parunya dengan oksigen sebanyak mungkin
kemudian dihembuskannya udara tersebt perlahan-lahan melalui mulutnya. Di
pijitnya tombol hijau pada layar sentuh ponselnya kemudian di dekatkan ponsel
tersebut ke telinga kanannya.
di sekitarnya. Memenuhi rongga paru-parunya dengan oksigen sebanyak mungkin
kemudian dihembuskannya udara tersebt perlahan-lahan melalui mulutnya. Di
pijitnya tombol hijau pada layar sentuh ponselnya kemudian di dekatkan ponsel
tersebut ke telinga kanannya.
“Kamu sudah baca sms dariku?”
ujar suara diseberang, langsung. Tanpa basa-basi.
ujar suara diseberang, langsung. Tanpa basa-basi.
“Sudah mas. Baru mau bales, eh
kamu udah telepon duluan.”
kamu udah telepon duluan.”
“Oh, Ya sudah. Nanti kamu bisa
datang kan? Aku jemput seperti biasa ya.”
datang kan? Aku jemput seperti biasa ya.”
“Umm.. Maaf mas, aku nggak bisa
datang nanti sore. Ada urusan.”
datang nanti sore. Ada urusan.”
“Lebih penting dari urusan
pernikahan kita?”
pernikahan kita?”
“…….”
“Belakangan ini sikap kamu aneh,
dek.”
dek.”
“…..”
“Are you still there, Rani?” ada nada khawatir yang terdengar.
“Umm.. Mas.. kayaknya kita harus
bicara deh.”
bicara deh.”
“Baiklah, nanti aku jemput ya
pulang kerja”
pulang kerja”
***
Ferdi meletakkan ponselnya di
atas meja kerjanya. Beberapa hari ini ia merasakan sikap Rani semakin aneh.
Seperti ada yang di sembunyikan oleh wanita yang ia cintai itu.
atas meja kerjanya. Beberapa hari ini ia merasakan sikap Rani semakin aneh.
Seperti ada yang di sembunyikan oleh wanita yang ia cintai itu.
Berbagai macam pikiran mulai bermunculan
di benaknya.
di benaknya.
Apa Rani ingin membatalkan pernikahan ini?
Atau ia memiliki pria lain?
Ah, tapi tidak mungkin.. Rani tipe yang setia.
Atau.. dia sudah tahu?
“Hay sayang.. Kenapa muka kamu
kusut begitu?” ujar wanita cantik dengan blouse berwarna merah yang kini sedang
berjalan menghampiri Ferdi.
kusut begitu?” ujar wanita cantik dengan blouse berwarna merah yang kini sedang
berjalan menghampiri Ferdi.
Ferdi mengangkat wajahnya.
“Pintunya tadi terbuka, ya aku
masuk saja.” Ujar wanita tersebut yang langsung melingkarkan kedua lengannya di
leher kekar Ferdi setelah mereka berhadapan.
masuk saja.” Ujar wanita tersebut yang langsung melingkarkan kedua lengannya di
leher kekar Ferdi setelah mereka berhadapan.
“Sisca, ini di kantor.” Ferdi
berusaha menurunkan lengan wanita dihadapannya ini dari lehernya. Tetapi Sisca tidak mengendurkan
lengannya dan masih melingkar di leher Ferdi.
berusaha menurunkan lengan wanita dihadapannya ini dari lehernya. Tetapi Sisca tidak mengendurkan
lengannya dan masih melingkar di leher Ferdi.
“Sisca, aku akan menikah dengan
Rani minggu depan. Jadi, aku harap kamu mau berhenti bersikap seperti ini lagi.”
Sekali lagi Ferdi menepis lengan Sisca dari lehernya, agak kasar.
Rani minggu depan. Jadi, aku harap kamu mau berhenti bersikap seperti ini lagi.”
Sekali lagi Ferdi menepis lengan Sisca dari lehernya, agak kasar.
“Baiklah, meskipun nantinya kamu
jadi menikah dengan wanita pilihan ibumu itu. Aku tetap akan selalu ada dalam rumah tangga kalian”
jadi menikah dengan wanita pilihan ibumu itu. Aku tetap akan selalu ada dalam rumah tangga kalian”
Sisca mengecup lembut bibir
Ferdi, kemudian meninggalkannya yang terdiam mematung.
Ferdi, kemudian meninggalkannya yang terdiam mematung.
Hari ke 3 #13HariNgeblogFF
Cerita sebelumnya : Pukul 2 Dini Hari
hoho mantep..
makasihh mbak 🙂