• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
Perspektif Rula

Perspektif Rula

Believe what you see

  • Home
  • About
  • Reviews
    • Books
    • Events
    • Movies
    • Products
  • Flash Fictions
  • Blog
  • Contact

Safety Riding Versi Raden

November 1, 2015 by Nurul Aria 2 Comments

Safety
Riding
Versi Raden
By. Nurul Aria
 

pic from here

Drrt.. drrttt…
Ponsel pintar Rani bergetar sejak tadi di dalam saku
seragam kerjanya, entah siapa yang meneleponnya sejak tadi. Sayangnya Rani
masih harus menyelesaikan terapi pada pasiennya yang terakhir hari ini sebelum
pulang.
Saat menuliskan bukti bayar untuk pasiennya, sekilas
Rani melihat ke arah jam dinding berwarna hitam yang tersimpan rapi di dinding
di hadapannya, jarum pendek sudah menunjuk angka 9 sedangkan jarum panjangnya
sudah di angka 10, tetapi di ruangannya masih ada pasien anak yang belum
selesai terapi sejak tadi.
Seharusnya Rani memang sudah bisa pulang pukul 20.30
tadi, karena memang kliniknya tutup jam 20.00.  Namun ternyata, ketika Rani sedang bersiap
untuk pulang, ada pasien yang datang mendadak untuk diterapi. Untungnya hanya
terapi uap pada anak yang tidak membutuhkan waktu berjam-jam.
Setelah pasiennya selesai dan sudah keluar dari
ruangan kliniknya, Rani mengambil ponsel pintarnya yang tadi bergetar. Tertera 5
notifikasi panggilan tak terjawab, dan beberapa notifikasi whatsapp di layar ponselnya itu.
Tanpa sadar ditepuk dahinya, “Ya Tuhan. Lupa. Kan tadi
janjian sama Raden pulangnya.”
Kedatangan pasiennya yang mendadak membuatnya lupa
mengabari teman komunitasnya tersebut. Tadi Rani memang sudah janjian dengan
Raden untuk pulang bareng karena jalur pulangnya Raden melewati klinik tempat
ia bekerja, rumah mereka pun searah.
Sebelum membaca pesan di whatsapp yang juga dari Raden, Rani mencoba menghubungi Raden
terlebih dahulu, namun tidak diangkat.
Mungkin
Raden sudah di jalan
. Pikir Rani sambil membuka pesan di whatsappnya.
Raden : Ran, gue otw tempat lo ya.
Raden : gue tlp lo ga diangkat2.
Raden : gue tunggu tempat biasa. ok.
Raden : paling 15 menit lagi gue sampe.
Rani bergegas merapikan kliniknya, mencabut
kabel-kabel listrik dari alat-alat terapi kemudian mematikan lampu ruangan dan
AC.
“Raden seharusnya sudah sampai, nih.” Ujar Rani pelan
ketika menuju tempat janjiannya dengan Raden yang tak terlalu jauh dari kliniknya.
Dan ternyata benar dugaan Rani. Raden sudah tiba di tempat mereka janji
bertemu.
Ini memang bukan kali pertama Rani pulang bareng
Raden. Semenjak Raden mengambil kuliah kelas karyawan di daerah Salemba yang tak
terlalu jauh dari klinik tempat Rani bekerja, hampir setiap mendapat jadwal shift sore, Rani selalu pulang bareng
Raden. Lumayan mengirit ongkos dan waktu, pikirnya.
  
Dilihatnya pria bertubuh kekar itu sedang melepaskan
sarung tangannya, kemudian baru melepaskan helmnya dan menaruhnya di atas tangki
bensin motor besarnya.
“Sorry lama,
Den. Ada pasien mendadak tadi.” Ujar Rani ketika sudah berada di dekat Raden.

“Hey, Ran. Gue juga baru sampe kok. Santai. Heheh.” Pria
yang ditegurnya itu berujar sambil berjalan menuju bagian belakang motornya.
Membuka boks yang selalu ia bawa di motornya tersebut, mengambilkan helm full face dan menyerahkannya ke Rani.
“Tas lo mau ditaro di boks sekalian, gak? Biar enak lo
duduknya.” Tanya pria berkepala plontos itu.

“Eh, iya, boleh.” Rani kemudian menyerahkan tas
gembloknya yang agak berat itu ke Raden, kemudian langsung dimasukkan ke dalam
boks yang memang muat 2 helm itu.
“Lengkap amat, Bro, atributnya. Kayak mau touring aja.” Ujar Rani ketika melihat
Raden mulai mengenakan lagi satu persatu atribut bermotornya.
Mulai dari dalaman helm yang seperti ciput ninja para hijabers, kemudian helm full face, dan terakhir sarung tangan. Sedangkan
jaket tebal-hitamnya sudah melekat sejak tadi di tubuh kekarnya. Pun dengan
sepatu boots yang terpasang rapi di
kedua kakinya.
“Safety riding
itu penting, Ran.” Jawabnya sambil mengenakan sarung tangannya yang sebelah
kanan.
“Meskipun gak touring?”
tanya Rani.
“Meskipun gak touring”
ulang Raden yang kemudian naik ke atas motornya. “Yuk, Ran, naik.”
Rani pun perlahan menaiki motor besar milik Raden di
bagian belakang, bagian penumpang. Sejujurnya Rani agak kurang suka naik motor
besar dengan boks di bagian belakangnya. Ribet naiknya.
“Udah?” Tanya Raden dari depan kemudi.
“Udah.” Jawab Rani setelah menyandarkan punggungnya di
boks.
“Udah pake helmnya, kan?” tanya Raden lagi.
“Udeeeh, pak Raden” jawab Rani sambil mengetuk helm di
kepalanya sendiri.
“Hahah, sorry,
Ran. Gue cuma mastiin aja keselamatan lo. Daripada lo kenapa-napa, ntar”
ujarnya memastikan.
Setelah yakin atribut keselamatan sudah dikenakan
dengan baik dan benar, Raden pun membiarkan motor besarnya melaju menyusuri
jalanan ibu kota di malam hari.
****
Saat memasuki wilayah Cilandak yang agak sedikit
macet, meskipun saat itu jam di ponsel pintar Rani sudah menunjukkan angka 22.00,
Raden membuka kaca di helm full facenya
dan sedikit menoleh ke Rani lalu bertanya,
“Ran, lo laper, gak? Mampir dulu ya. Heheh.”
“Boleh. Boleh. Gue juga gak sempet makan tadi gara-gara
pasiennya padet gitu.”
Mereka akhirnya mampir di warung tenda yang menjual
pecel lele di sekitar Cilandak. Sambil menunggu pesanan mereka datang, Rani
mulai menanyakan hal yang sepanjang perjalanan tadi terpikirkan olehnya.
“Den, kan tadi lo bilang Safety Riding itu penting, ya? Seberapa pentingnya sih?”
“Kenapa lo nanya gitu, Ran?” bukannya menjawab, Raden
justru bertanya balik ke Rani.

“Soalnya yang gue lihat, masih banyak pengendara motor
yang mengabaikan tentang safety riding
ini. Tapi lo gak. Lihat aja perlengkapan perang lo banyak gitu.” Jawab perempuan berkacamata ini.

“Hmm… Panjang nih gue jelasinnya. Bisa tiga sks. Hahah.”
Canda Raden.
“Santai. Makanan masih belom datang ini.” Balas perempuan berkerudung biru di hadapannya itu.
“Buat gue, berkendara sepeda motor itu memang
seharusnya memakai perlengkapan pelindung seluruh badan. Karena, kan, naik
sepeda motor gak ada besi yang melindungi badan kayak mobil, Ran. Makanya
perlengkapan perang gue banyak banget.” Jelas Raden. 
“Helm, jaket, celana panjang, sarung tangan, bahkan riding shoes atau boots itu safety gear
paling penting buat gue.” Lanjutnya lagi.
“Kalo helm, harus full
face
emangnya, ya, Den? Bukannya half
face
juga udah SNI, ya?” tanya Rani sambil mengaduk-aduk teh manis
hangatnya yang baru datang.

“Sebenernya sih, mau pake helm yang mahal atau yang
murah, half face atau full face, gak terlalu masalah. Tapi,
ternyata gue lebih nyaman pake helm full
face
. Ya, meskipun gak semua helm full
face
pasti nyaman, sih. Makanya gue lebih seringnya beli yang harganya
sedikit agak di atas rata-rata. Lebih nyaman.”  Raden menghentikan bicaranya ketika makanan
yang kami pesan akhirnya datang juga.

“Mau lanjut atau makan dulu nih?” ujar Raden sambil
mencelupkan jari-jari tangan kanannya ke dalam mangkok besi berisi air bersih
yang memang disediakan untuk kobokan itu.
“Makan dulu aja kali, ya.” Jawabku.
****
“Tadi sampe mana gue jelasinnya?” tanya Raden begitu
piringnya bersih dari makanan, tapi tidak dengan mulutnya.
“Lo baru jelasin tentang helm aja, kok, tadi.” Jawab
Rani.
“Eh, ini gak papa lo balik agak maleman lagi? Masih panjang
soalnya. Heheh.”
“Santai, Pak. Besok masih shift sore. Hehe.”
“Oke” ujar Raden sambil mengacungkan ibu jarinya yang
masih basah, baru dicuci di air kobokan.
“Masih tentang helm. Mungkin bagi kebanyakan orang
pakai helm yang nyaman atau full face
gak terlalu penting kalau naik motor untuk jarak dekat atau sekedar ngantar
anak ke sekolah atau beli makanan di warung. Tapi, kita kan gak pernah tahu di
depan sana ada apa? Bisa aja kan ternyata kita jatuh tiba-tiba dari motor, atau
keserempet, terus kepala kita terbentur jalanan. Pake helm aja masih bisa
kenapa-napa. Apalagi gak pake helm.” Diambilnya gelas minumnya yang airnya
sudah setengah itu, kemudian diteguknya hingga habis.

“Gue, yang biasa nempuh jarak jauh rumah-kantor-kampus,
atau kalo touring, deh. Bisa aja kan
ngalamin kejadian ‘tak terduga’ gitu.” Ujarnya sambil membentuk tanda kutip
dengan kedua jari telunjuk dan jari tengahnya di udara saat menyebutkan kata ‘tak
terduga’. “Kalo misalnya gue gak pake helm yang nyaman dan aman buat gue, ya
bisa wasalam.”
“Contohnya gini, pake helm yang bentuk busa dalemnya
gak cocok sama bentuk kepala, atau bobot helmnya terlalu berat, gak nyaman
banget pasti. Mungkin awalnya cuma berasa leher pegal. Tapi, efek terparahnya
bisa bikin sebadan-badan capek, bahkan bisa berakibat pandangan jadi agak
kabur. Bahaya, kan, tuh.”    
Rani mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda setuju
dengan penjelasan Raden yang memang sesuai logikanya itu. Tapi masih ada yang
mengganjal juga di kepalanya.
“Terus kalo jaket, celana panjang, boots, sama apalagi tuh yang lo bilang
tadi, kepentingannya apa?” Rani semakin penasaran dengan safety riding versi Raden ini setelah mendengarkan penjelasan tentang
helm.
“Udah banyak sebenarnya artikel yang membahas bisa
kena penyakit ini, itu, akibat naik motor gak pake jaket. Kalo gue, ya, buat
ngelindungin badan dari udara atau angin, lah. Karena berkendara motor itu impactnya langsung ke sekitar kita,
salah satunya ya udara atau angin itu.”

“Kalo bisa, sih, pake jaket yang kualitasnya memenuhi
aspek kategori windproof. Terus kalo
perjalanan jauh, baiknya pake yang ada pelindung siku, bahu dan lengan kayak
gini, sebagai tambahan proteksi ketika terjadi benturan karena kecelakaan.” Tambahnya
sambil menunjuk bagian siku dan bahu pada jaket yang tadi ia kenakan.
“Nah, kalo celana panjang sih hampir sama fungsinya
kayak jaket. Sarung tangan pun. Tapi ini wajib sih buat gue. Karena gue selalu
berasumsi bahwa gue gak pernah tahu sepanas dan sedingin apa jalur yang gue
lewatin. Karena pernah, pas gue ke Puncak Pass gak pake sarung tangan sama
sekali. Jadilah jari-jari tangan gue kaku dan gemetaran. Hahah” ujarnya sambil
menggerak-gerakkan kesepuluh jari-jarinya.
“Beku ya, Den, jari lo?” tanya Rani meyakinkan.
“Banget.”
“Lo yang banyak lemaknya aja bisa beku, apalagi gue,
ya? Hahha” canda Rani.
“Haha sial.”
“Eh, terus kenapa harus boots?” Rani masih belum mendengar penjelasan tentang penggunaan
sepatu boots ini dari mulut Raden.

“Oiya, sepatu khusus motor atau boots riding ini biasanya tingginya sampai semata kaki atau lebih. Gue
punya satu cerita kalo tentang ini. Bos gue yang ngalamin, sih. Jadi waktu itu
dia buru-buru harus ke kantor. Biasa pake pantofel, dong, ya, kalo orang
kantoran. Pas setengah jalan menuju kantor, dia kecelakaan. Dari mata kaki
sampai samping tulang kering retak, cedera luka dalam gitu, deh. Dan itu karena
kena separator busway itu, loh. Kontak
langsung, tanpa pelindung. Gara-gara itu harus dioperasi dan ngabisin uang
puluhan juta rupiah.”
“Ya, Allah. Serem amat.” Rani menutup wajahnya dengan
kedua telapak tangannya. “Cuma gara-gara kurang safety riding, keluar uang banyak, ya.” Lanjutnya lagi.
“Ya pilihannya cuma itu kan, Ran. Antara keluar modal agak
banyak sedikit buat beli perlengkapan safety
riding
yang bisa bikin nyaman dan memberikan proteksi badan seutuhnya, atau
harus ngalamin kecelakaan dulu terus keluar uang puluhan juta, bahkan nyawa bisa
melayang, baru menyesal? Tinggal pilih.” Ujarnya sambil senyum.

“Wah, Seru nih ngobrol sama lo. Jadi nambah
pengetahuan gue tentang berkendara. Meskipun lebih seringnya jadi penumpang doang
gue. Hehe”

“Eh, tunggu. Ada dua hal lagi yang ketinggalan.” Ujar Raden
tiba-tiba.
“Apa?”
“Saat berkendara motor itu, sebisa mungkin otak atau
pikiran harus rileks, Ran. Meskipun lagi banyak pikiran. Karena safety itu sendiri kan berawal dari
pikiran kita sendiri. Sama buat kondisi senyaman mungkin, lah, ketika di atas
motor.” Ujar Raden mengakhiri penjelasan panjangnya.

“Wah, makasih banyak, loh, Den, atas penjelasannya. Makin
ngerti gue tentang pentingnya safety
riding
.” Ujar Rani semangat. “Eh, tapi pulang malem aman gak, nih?”
tanyanya sambil melihat jam di ponsel pintarnya.
“Eh, iya. Udah malem banget. Gak bagus lah buat anak
gadis. Bentar gue bayar dulu, ya.”  
Setelah selesai membayar makanan dan minuman yang
mereka pesan, Raden dan Rani pun menuju tempat motor besar Raden diparkir. Dan Raden
memulai lagi ritual memakai atribut bermotornya tersebut.  
***

Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi
Menulis Cerpen ‘Tertib, Aman, dan
Selamat Bersepeda Motor di Jalan.’
#SafetyFirst Diselenggarakan oleh
Yayasan Astra-Honda Motor dan Nulisbuku.com
Tweet
Pin
Share
0 Shares

About Nurul Aria

A(+) · Ibu 1 Anak · Penyuka Lukisan Alam · Bookworm · Virgo · Crochet & Knitt-er · My Last Book: Menikahimu Itu Pilihanku

Reader Interactions

Comments

  1. Winda says

    April 11, 2020 at 00:40

    Aq dulu pernah kclakaan parah helm ampe pecah, alhamdulillah kepala ga pecah. Padahal sebelum berangkat aq ga mau pake helm, karena cuman dekat ke gang depan doank, namun diomelin om, jd tepaksa pake helm. Eh siapa sangka pas perjalanan pulang aq tabrakan ama mobil, motor mental dimana, aq mental dimana, helm ampe copot dan pecah, alhamdulillah masih hidup😂

    Sampai sekarang, jd plajaran hidup bgt. Dan sllu bertrmakasih sama om ku, walaupun diomelin tapi itu utk kebaikan ku. Bayangkanlah jika ku ttp ngebangkang ga mau pake helm, mgkin ga akan balas comment di sini kali ya..🤫

    Nah lho.. jd bkin cerpen sndri 😂🙏

    Reply
    • Nurul Aria says

      April 14, 2020 at 23:45

      Masyaallah umii.. masih dalam lidungan Allah ya mi. Tapi emang safety riding itu penting banget loh. Even cuma deket jaraknya. We never know di depan kita ada apa soalnya kan

      Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

Yuk subscribe sekarang untuk dapat kabar terbaru dan ulasan terbaru dari saya mengenai buku, event dan film. Janji gak bakal spam, kok! 😄

  • Email
  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter

Ulasan Terbaru di Perspektif Rula

Koplo Superstar

KOPLO SUPERSTAR, AJANG PENCARIAN BAKAT TERBARU DI ANTV

Aku Titipkan Cinta

KESERUAN MELIHAT PROSES SHOOTING SINETRON TITIPKAN AKU CINTA

Rumah Wijaya X Ganara Art

HEALING TIPIS TIPIS DI RELAUNCH RUMAH WIJAYA X GANARA ART SPACE

Revu

KEMUDAHAN MENJADI REVIEWER DI REVU INDONESIA

Scarlett Brightening Shower Scrub

MANDI MEWAH DENGAN VARIAN TERBARU SCARLETT BRIGHTENING SHOWER SCRUB: CHARMING, FRESHY, JOLLY

BANGKIT DAN BERTUMBUH BARENG SMI Being a Single M BANGKIT DAN BERTUMBUH BARENG SMI

Being a Single Moms di Indonesia itu gak mudah, apalagi jadi Jandanya krn bercerai. Udahlah stigmanya jelek, omongan sana sini yg ada aja bikin gak enak hati. 

Untungnya pas awal proses pisah itu saya dikenalin sama komunitas @singlemomsindonesia . Inget banget, saat itu amih @meghaighe nyolek saya di IG, ngasih tau ada IG Live foundernya #SMI, Mba @maureen.hitipeuw bareng Mba @nuchabachri dari @parentalk.id . Setelah itu langsung kepoin IGnya SMI, ikutan kopdar sekaligus bukbernya saat itu. Meskipun baru kenal&baru bertemu saat itu, tapi berasa banget kayak ketemu keluarga sendiri, disambut ramah&hangat. Berasa dirangkul, disemangatin, like "You're not alone, Rul". That's why saya langsung jatuh cinta sama Komunitas ini.

Selain kegiatan offline, saya juga selalu menyempatkan utk ikut kegiatan online, terutama yg berhubungan dgn pemberdayaan diri, mental health, self love, dll yg sering diadain SMI.

Diingetin terus untuk "Jangan pernah lupa mencintai diri sendiri, bahagiain diri sendiri. Ingat, anak anak butuh ibu yg bahagia. Mom's Happy, Kids Happy" kurang lebih seperti itu.

Gak cuma sampai situ, cikal bakal saya sekarang bisa terjun di dunia Influencer, terima endorse, job visit & ketemu komunitas influencer lainnya seperti saat ini juga karena SMI. Sejak pertama ikutan campaign salah satu brand pasta gigi yg kerjasama dgn SMI saat itu, saya jadi perlahan lahan ikutan daftar campaign lainnya baik dari aplikasi maupun komunitas & management, kenal dgn mom influencer lain. Yg awalnya hanya sekedar barter produk/free endorse hingga sekarang bisa dgn fee bahkan ngajuin rate card sendiri. 

Selain itu, saya jadi punya brand rajut sendiri, @rulamerajut . Meski masih skala kecil kecilan, tapi alhamdulillah banget.

Apalagi kemarin sampai bisa masuk 100 besar #MomPreneurHub. Another milestone buat saya dan juga #RulaMerajut. 

Selalu inget pesennya Mba Oyen "Rezeki itu dari Tuhan, bukan dari Mansu" dan pesan2 lainnya yg membuat saya berpikir ulang kalau mager mulai melanda. 

"Hayuk atuh, Rul. Bangkit dan berdaya lagi. Uang pangkal SD gak bisa dibayar pake daun soalnya. Semangat💪🏼"

~~ lanjut di komen yaa 😉 ~~
[FICTION] 5. THE REASON (TO START OVER NEW) (PART [FICTION] 5. THE REASON (TO START OVER NEW) (PART 5)

"Udah sarapan, dan gak aus." jawab gadis itu singkat. "Lo aneh deh, Nis" imbuhnya lagi. 

"Perasaan lo aja kali. Hehe." Nisa berusaha untuk bersikap biasa saja. Namun sepertinya itu tak akan berhasil jika berhadapan dengan sahabatnya ini. 

"Lo kan, gak bisa ngumpetin sesuatu dari gue. Hayo ngaku, kenapa lo?" Lala berdiri menghampiri Nisa yg berada di ruang makan itu. Yang ditanya malah tertunduk, diam.

"Rencana lo hari ini mau kemana aja, deh?" akhirnya gadis berhijab hitam itu bersuara juga setelah cukup lama terdiam.

"Cari bahan buat seragam, sih yg utama. Terus paling ngurusin undangan, sama nyari barang buat seserahan. Tapi itu entar sama Ken juga, jadi sorean paling nunggu dia pulang kerja." jelas Lala singkat. "Kenapa emang?" tanyanya sambil mencomot roti bakar di meja makan. "Minta ya, Nis. Terlihat menggiurkan. Hehe" imbuhnya lagi ketika melihat sahabatnya itu mendelik melihat tingkah lakunya.

"Pagi ini temenin gue ke RS dulu bisa berarti, ya?" ujar Nisa terdengar santai. Tidak dengan hati dan pikirannya yg agak panik menanti reaksi sahabatnya akan permintaannya ini.

"Ngapain?" ditatapnya Nisa dengan seksama.
"Honestly, gue lupa kalo ada janji nemenin lo hari ini. Sedangkan gue udah terlanjur appointment sama dokter pagi ini." Jawab Nisa dengan lesu. Ada rasa bersalah di sana.

"Ya ampun, Nis. Gue kira ada apaan." Lala kemudian bangkit untuk mengambil gelas di kitchen set. Kemudian mengisinya dengan air dari dispenser dan meminumnya. Haus dia ternyata. "Santai aja, sih. Eh tapi lo ngapain ke dokter? Lagi sakit, lo? Kok gak bilang gue. Biar gue cancel aja kalo lo lagi sakit." 

"Check up aja, sih. Lo tau sendiri Kak Mitha gimana, kan" masih dengan nada yang dibuat santai. Gadis berambut ikal itu hanya mengangguk angguk sambil menaruh gelas di meja dan mendekati Nisa lagi.

"Tadi bilangnya udah kenyang. Masih aja sarapan gue diembat." cibir Nisa melihat sahabatnya yg mengambil roti bakar di piring untuk kesekian kalinya. 

"Hehe... Lo tau sendiri gue lemah kalo sama makanan" ujar Lala kemudian melanjutkan kunyahannya.
~~

Ngakunya Chek-up aja gaes.

#TulisanRula #NisaJuna #CeritaNisaJuna #Fiksi
HOW I SPEND MY WEEKEND IN JAKARTA BIRD LAND Annye HOW I SPEND MY WEEKEND IN JAKARTA BIRD LAND

Annyeong...

Jadi weekend kemarin saya berkunjung ke Wahana terbaru di @ancoltamanimpian yaitu Jakarta Bird Land. 

Yes, akhirnya bisa ke sini juga. 

Di Jakarta Bird Land ini terdapat sekitar 600an jenis burung dari berbagai willayah di Indonesia dan Mancanegara, loh. 

Ada beberapa Zona.

Seperti Macaw Zone, di area ini kita bisa berinteraksi langsung bahkan bisa foto bareng juga dengan burung berjenis Macaw. Yang foto bareng saya ini namanya Janu.

Ada juga Cockatoo Zone, di sini saya lihat ada Merak Putih.

Di area Atas banyak kumpulan Jalak Bali bebas terbang. 

Dan, meski banyak burung terbang bebas pun berkeliaran, area di Jakarta Bird Land ini bersih dan nyaman banget, bun.

Last but not least, jangan lewatin Free Fly Bird Show dari tribunnya ya, bun. Bisa lihat beberapa jenis burung yang besar terbang mendekat. 

Seru banget, kan!!

Thank youu @jakartabirdland

#RulaRekomen #RulaReview #JakartaBirdLand #Ancol  #AncolTamanImpian #TempatRekreasi #Keluarga #Rekreasi #Wisata
ME TIME DI EVERGREEN SALON SENOPATI Annyeong... ME TIME DI EVERGREEN SALON SENOPATI

Annyeong...

Kapan terakhir Me Time di salon? 

Kalo saya udah lama banget. Makanya pas Minggu lalu ada waktu luang, sempet sempetin deh Me Time sejenak di @evergreensalon.id cabang Senopati. 

Oh iya, #EverGreenSalon cabang Senopati ini sekarang pindah ke Jl. Suren II No. 1 ya, bun. 

Tempatnya luas, bersih dan nyaman banget. Pilihan treatmentnya banyak dan ada promo paket treatmentnya juga. 

Udah gitu ada ruangan khusus hijabers, jadi aman deh kalo mau buka bukaan pas treatment.

Terapisnya udah berpengalaman dan ramah. Pijetannya mantul 👍🏻.

Thank youu @evergreensalon.id 💙💙💙

#RulaReview #RulaRekomen #MeTime #Salon
LANGIT SENJA KALA ITU #Langit #Senja #Sky #SkyLov LANGIT SENJA KALA ITU

#Langit #Senja #Sky #SkyLover #LangitSenja #Awan
BOLU KUKUS NUSA RASA SEKARANG ADA DI DEPOK Annyeo BOLU KUKUS NUSA RASA SEKARANG ADA DI DEPOK

Annyeong...

Jadi, kemarin saya datang ke Grand Openingnya @bolunusarasa.id cabang Depok.

Tepatnya di Jl. Margonda Raya RT 03, RW 04, Pondok Cina - Depok. (Patokannya samping Bittersweet by Najla)

Bolu Kukus Nusa Rasa ini banyak pilihan Varian rasanya: 
🥧 Pandan Ketan
🥧 Vanilla
🥧 Black Forrest
🥧 Talas
🥧 Original
🥧 Chocoreo

Oh iya, lagi ada Promo Grand Opening juga ya.  Per boxnya cuma 25K loh, bun.

Dan ada varian barunya juga, Dessert Cup. 

Yang saya cobain ini Varian terbarunya #BoluKukusNusaRasa yaitu Chocoreo. Bolunya lembut banget, rekomen banget deh 👍🏻

Kuy, lah pada borong di Bolu Kukus Nusa Rasa store Depok. 

#RulaReview #RulaRekomen

© 2019–2023 · Perspektif Rula by Belle Design Studio