• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
Perspektif Rula

Perspektif Rula

Believe what you see

  • Home
  • About
  • Reviews
    • Books
    • Events
    • Movies
    • Products
  • Flash Fictions
  • Blog
  • Contact

2. (TAK BISA) MELEPAS KAU, SENJA

November 4, 2021 by Nurul Aria Leave a Comment

Nisa Juna

NOTE: Chapter 2. Lanjutan dari cerita Nisa – Juna

Bisa baca Chapter 1nya di sini, yaa –> IT’S (NOT) REALLY OVER

————————————————————————————————————————–

Setelah selesai memesan minuman di counter pemesanan dan membayarnya, Nisa dan Juna kini sudah duduk berhadapan di meja yang dekat dengan jendela, dan memang hanya diperuntukkan bagi 2 pengunjung saja. Keheningan kembali menyelimuti mereka berdua yang sedang menunggu pesanan mereka datang.

Senyummu…

Tak lagi menggetar rongga hatiku…

Hanyut dibawa luapan emosi…

Mencabik, mengikis dinding jiwaku…

“Nis…”

“Jun…” ujar mereka berbarengan.

“Kamu duluan aja” Juna mempersilahkan Nisa bicara lebih dulu.

“Eng, gak jadi deh” Nisa urung mengungkapkan pikirannya dan kembali terdiam, tenggelam dalam benaknya yang masih penuh dengan Juna.

Begitupun Juna. Kembali terdiam.

Yang kuinginkan…

Kau tetap ada di setiap mimpiku…

Bayang wajahmu melukis senyumku…

Candamu menghempas kebimbanganku…

Alunan merdu suara Segara yang menggema di Cafe tempat mereka berada kini seakan mendukung Juna untuk tetap terdiam. Berbagai kenangan masa lalu seakan berlomba lomba memutar kembali video lama yang selama ini terkubur rapat dalam bagasinya. Tentu saja kenangan tersebut membuat jantungnya memompa lebih cepat dari biasanya, ditambah sosok masa lalu yang beberapa bulan ini kembali menghiasi mimpinya kini sedang duduk terdiam di kursi di hadapannya itu. Sesekali Juna melirik gadis berhijab itu. Tidak banyak perubahan pada cinta pertamanya itu, selain hijab yang kini menutupi area kepalanya. Selebihnya, dia tetap seperti Nisa yang dulu ia kenal.

“Ini pesanannya, Kak” kedatangan waitress mengembalikan mereka berdua ke alam nyata. 

Setelah menyeruput Latte di hadapannya, Juna memberanikan diri untuk memulai.

“I miss you, Nis” lirih terucap.

“Juna…”

“I know it’s been years, but I really miss you. Gak pernah sekalipun aku ngelupain kamu.” Lanjut Juna lagi sambil menatap Nisa.

“Kenapa kamu menghilang?” Sontak Nisa menanyakan satu hal yang selalu berkeliaran di kepalanya selama ini. “Belasan tahun kamu menghilang kayak ditelan bumi, gak ada kabarnya sama sekali. Dan sekarang kamu tiba tiba muncul then you said you missed me?” lanjut Nisa lagi heran.

Mungkin terkejut, lebih tepatnya, yang Nisa rasakan. Setelah hampir 17 tahun lelaki berahang tegas di hadapannya ini menghilang tanpa kabar berita, yang menimbulkan banyak tanya, juga penyesalan, di benak Nisa, kini dengan santainya dia muncul dan bilang tak pernah melupakannya. 

“It’s a long story, Nis.” Jawab Juna lirih, namun masih terdengar oleh Nisa. “Aku akan jelasin, tapi gak sekarang.” lanjutnya lagi. 

Nisa masih bergeming, menatap lekat Juna. Sebenarnya masih banyak yang ingin ia utarakan saat ini. Semuanya berebut ingin diungkapkan, hingga membuat area kepala belakang dan tengkuk Nisa berat. Mencoba tetap tenang, sambil mengambil sebanyak mungkin udara yang bisa ia hirup, agar otaknya mendapatkan cukup asupan oksigen untuk meredakan sakitnya. Seperti yang pernah dijelaskan oleh dokternya dalam meredakan sakit yang mungkin saja akan muncul secara tiba tiba. 

“Kamu gak papa, Nis?” tanya Juna khawatir karena melihat gelagat aneh pada gadis di hadapannya.

“I’m fine, Jun” sahut Nisa berusaha terlihat baik baik saja. Padahal di kepalanya saat ini seakan ada bongkahan batu besar yang menekannya. Sangat berat.

“Are you sure?” Juna memastikan sekali lagi. Entah kenapa ia merasa ada yang aneh dengan Nisa.

“Kecapekan aja kayaknya, deh. Jadi agak pening kepala gue.” Jawab Nisa mencoba santai lagi sambil memegang tengkuknya dan menggerakan kepalanya ke kanan dan kiri. “Abis stretching mungkin bisa agak enakan.” Lanjutnya lagi. Masih menggerakkan kepalanya, kali ini ke arah samping mendekati bahu kirinya, bergantian ke arah bahu kanannya. Hal yang memang biasa dilakukan jika area bahu dan lehernya terasa kaku.

“Gue dari pagi jadi sopirnya Lala soalnya. Hehe.” Tambah Nisa, berharap Lelaki dari masa lalunya itu percaya kalau ia hanya sekedar lelah dan tidak bertanya lebih lanjut.

“Yaudah, kita pulang aja kalo gitu. Biar kamu bisa istirahat.” Ucap Juna, sambil mengangkat tangannya mencari pelayan untuk meminta bill mereka.

Nisa hanya bisa menurut, karena kepalanya kali ini benar benar tidak bisa diajak kerja sama. 

Setelah selesai membayar, mereka pun beranjak keluar menuju mobil Nisa yang diparkir di depan Cafe.

Bolehkah aku jalani lagi bersamamu?…

Aku tak mampu dan tak ingin…

Melewati semua ini tanpamu…

Ingatlah kini semua telah menjadi satu…

Aku dan kamu takkan mungkin berpisah…

Tak mungkin…

Tak ingin…

Tak akan bisa…

Melepas kau, Senja…

***

Nisa terbangun dari tidurnya dengan kondisi kepalanya yang terasa agak berat. Yang ia ingat, sejak Arjuna mengantarnya selamat sampai rumah semalam hingga lelaki dari masa lalunya itu pamit pulang, kepalanya semakin bertambah sakit.

Meskipun sudah meminum obat yang diberikan dokternya, rasa sakitnya tidak juga berkurang. Hingga akhirnya dia tertidur sambil menahan rasa sakitnya.

drrtttdrtttt…

Perlahan Nisa bangkit dan mengulurkan tangannya ke arah nakas di samping ranjang, hendak mengambil ponselnya yang tadi bergetar.

Dilihatnya banyak notifikasi panggilan tak terjawab dan juga chat dari sahabatnya Lala dan juga ada satu nomor asing yang tidak ia kenal.

+628123987xxx

(Nis, gimana kepalanya masih sakit?)

(Oh iya, ini aku, Arjuna)

(Aku nanya nomer kamu sama Ken. Awalnya dia gak mau kasih tau sih, tp aku paksa. 🙂 )

(Nis, Are you Ok?)

Nisa bergeming membaca deretan chat yang dikirimkan lelaki dari masa lalunya itu. Ada bimbang yang datang kini.

Di satu sisi, harusnya dia senang karena salah satu doanya untuk bisa bertemu dengan Arjuna secepatnya lagi, terkabulkan. Tapi di sisi lain, terutama setelah melihat sikap lelaki berlesung pipit itu semalam malah membuatnya takut dan sedih.

Drrtrrdrttt…

Nisa tersentak dari lamunannya karena ponselnya yang kembali bergetar. Kali ini lebih lama. Di layar ponselnya sudah menampilkan panggilan dari nomor asing, nomor yang sama dengan si pengirim pesan yang barusan ia baca. 

Arjuna…

“Halo” Nisa akhirnya mengangkat teleponnya.

“Hai, gimana kabar kamu?” Sahut suara berat di seberang sana, setelah sebelumnya memberikan salam.

“Feel better” jawab Nisa. Ya, kepalanya memang sudah tidak terasa sakit seperti semalam. 

“Sorry ya kalo aku ganggu kamu pagi pagi. Aku … khawatir” ujar suara di seberang terbata.

Hening seketika menghampiri mereka. 

“Ya ampun, gak perlu sekhawatir itu juga, Jun. Gue cuma sakit kepala biasa kok semalem. Abis minum obat semalem langsung tidur pules” ujar Nisa dibuat seceria mungkin. 

“Thanks God kalo sekarang udah mendingan” sahut suara di seberang terdengar lega. “Aku cuma mau denger kabar kamu aja.” Lanjut Juna, yang kali ini berhasil membuat kepala bagian belakang Nisa berdenyut lagi. 

Kembali hening. Otak Nisa mencoba mencerna setiap kata yang diucapkan Juna barusan. Memastikan kalau pendengarannya tak salah menangkap setiap kata yang diucapkan lelaki di seberang sana.

Seorang Arjuna, yang sebelumnya menghilang begitu saja tanpa pernah memberikan kesempatan untuk Nisa menjelaskan tentang kejadian saat itu. Lelaki yang belakangan ini tiba tiba muncul dalam bunga tidurnya tanpa permisi. Lelaki yang sama yang dengan yang saat ini sedang berbicara di telepon. 

Nisa memijat kembali kepala belakangnya yang masih berdenyut sambil memejamkan kedua matanya. Berharap bisa mengurangi nyeri yang dirasakannya saat ini. Direbahkannya lagi badannya pada ranjang. 

“Nis, kamu masih di situ, kan?” tanya suara di seberang lagi, karena Nisa belum merespon sejak tadi. 

“Jun…” hanya itu yang keluar dari mulut Nisa. Matanya masih terpejam sambil menahan sakit di kepalanya yang tak kunjung hilang, malah bertambah hebat. “Maafin aku..” lirih terucap. Kemudian menjauhkan teleponnya.

***

“Nis, are you okey?” ada nada khawatir dari Juna karena tidak mendapatkan respon dari Nisa di seberang sana, sebelum akhirnya panggilan teleponnya berakhir. Juna menatap nanar ponsel yang kini hanya menampilkan nama gadisnya yang kini mengenakan hijab itu.

Faranisa Maheswari, gadis yang menjadi cinta pertamanya bahkan mungkin satu satunya yang berhasil mengisi relung hatinya sejak masa sekolah dulu, gadis yang juga kembali hadir di mimpinya beberapa bulan ini. Gadis ini juga yang menjadi salah satu alasannya untuk kembali ke Indonesia secepatnya dan menyetujui permintaan sahabatnya, Ken untuk menjadi bestmannya. Yang tanpa disadarinya bahwa keputusannya itu akhirnya justru mempertemukan kembali dirinya dengan Nisa, gadis yang dia tinggalkan belasan tahun silam. Seakan semesta mendukungnya untuk kembali bersatu dengan gadisnya. 

Sejak Arjuna bertemu kembali dengan gadis dari masa lalunya itu kemarin, jantungnya kembali berulah, selalu berdegup lebih kencang setiap berada di dekat gadis yang makin terlihat cantik dengan hijabnya itu. Sama seperti dulu, hanya gadis itu yang berhasil memporak porandakan hatinya. Pikirannya pun kini mulai didominasi oleh Nisa. Segala kenangan tentangnya kembali berputar dalam benak seorang Arjuna Mahardika.

Perasaannya juga ikut campur aduk setelah melihat bahkan bisa berbincang kembali dengan kekasih hatinya itu walau hanya sebentar. Ada bahagia yang hadir melihat gadisnya baik baik saja, meskipun ada juga perih saat mendapatkan sikap Nisa yang terlihat santai namun tidak dengan matanya yang menampilkan kesedihan di sana. Setidaknya itu yang dia tangkap saat menatap Nisa semalam. Ditambah dengan sikap gadis itu yang seakan menutupi sesuatu darinya. 

“What do you expect, Juna?” ujarnya bermonolog. “Enam belas tahun lo ninggalin dia gitu aja. Wajarlah kalo dia bersikap gitu ke elo.” lanjutnya, masih berbicara dengan dirinya sendiri. “Tapi gue gak boleh kehilangan dia lagi. Gue gak mau kayak dulu lagi, yang dengan bodohnya ngelepasin Nisa gitu aja.” masih bermonolog.

Selain memaksa Ken untuk memberikan nomer Nisa, Juna juga sempat memberondong sahabatnya itu dengan berbagai pertanyaan tentang Nisa. Meskipun tidak banyak informasi yang dia dapat, setidaknya Juna tahu bahwa gadisnya itu belum terikat dengan siapapun, yang membuatnya yakin bahwa masih ada harapan untuk mendapatkan gadisnya kembali.

“Aku gak bisa lepasin kamu kayak dulu lagi, Nis” ujarnya lirih sambil memandang foto Nisa yang diam diam dia ambil semalam saat di cafe.

tok..tok..

Ketukan seseorang di pintu menyadarkan Juna bahwa kini ia sedang berada di tempat kerja.

“Permisi, dok” ujar seorang wanita paruh baya yang mengenakan seragam perawat di balik pintu yang baru saja terbuka setelah Juna mempersilahkannya untuk masuk. “Pasiennya sudah datang, dok.” lanjut perawat itu lagi sambil berjalan menghampiri Juna kemudian meletakkan tumpukan berkas rekam medis pasien di mejanya. 

“Terima kasih, Sus.” ujarnya sambil tersenyum.

“Oh iya, dok. Ini rekam medis pasien yang rujukan dari dokter Edo. Rencananya siang ini beliau mau konsul” ucap perawat bernama Lina  itu lagi.

Setelah menerima rekam medis tersebut, Juna bergeming. Berharap ia salah membaca nama yang tertulis di sana. 

Faranisa Maheswari. Jantungnya kembali berulah setelah membaca nama yang mirip dengan kekasih hatinya itu. Iya, lelaki tersebut membenarkan posisi kacamatanya, membaca sekali lagi data pasien tersebut. Berharap hanya namanya saja yang sama, ada banyak kemungkinan beberapa orang memiliki nama yang sama di dunia ini. Tapi tidak dengan data pribadinya yang semakin membuat Juna tak bisa berpikir jernih seketika. Ini bukan kebetulan yang diharapkannya.

“Sebentar, suster. Saya minta waktu 15 menit, ya.” Suster Lina yang sudah berada diambang pintu membalikkan badannya dan mengangguk memahami maksud ucapan Juna kemudian kembali keluar dari ruangan itu.

Setelah suster Lina menutup pintu ruangannya, Juna langsung mengambil ponselnya yang tadi ia masukkan ke dalam laci meja kerjanya. Menghubungi salah satu kakak Sepupunya yang juga berprofesi sebagai dokter itu.

“Bang Dyon, gue mau nanya  pasien yang lo bilang kemaren?” berondong Juna tanpa basa basi ketika terdengar suara orang di seberang sana.

“Orang tuh kalo nelepon kasih salam dulu, gitu. Bukan langsung ngasih pertanyaan” ujar suara berat di sana. Dokter Dyonisius Edo Dharmawan, atau yang lebih dikenal dengan nama dokter Edo tapi Juna lebih suka memanggilnya Bang Dyon sejak kecil  ini adalah salah satu sepupu Juna yang memang juga memintanya untuk pulang ke Indonesia perihal pasiennya ini. 

“Sorry Sorry. Gue cuma punya waktu lima belas menit sebelum mulai praktek, soalnya.” Jawab Juna asal.

“Kenapa sama pasien gue?” tanya  Edo lagi.

“Ini lo gak salah diagnosis kan, bang?” tanya Juna ragu.

“Justru gue mau memastikan diagnosis gue, makanya gue rujuk ke elo, Ar. Karena gue tau lo pernah pegang kasus yang serupa. Dan juga yang terbaik di bidang Syaraf.” ujar Edo yang masih saja memanggilnya dengan nama Ar. “Selain gue tentunya.” tambahnya lagi sambil terkekeh.

“Dih, dia jumawa.” Juna mencebik kesal.

“Serius, Ar. Gue mau lo handle pasien gue yang ini. Kalo diagnosa gue bener, berarti emang di luar kapasitas gue buat handle juga. Cuma lo yang gue percaya bisa.” ujar Edo. “Dia salah satu orang terpenting di hidup gue, Ar kalo lo lupa.” lanjut Edo lirih. 

Juna kembali membeku. Dia memang tahu bahwa beberapa kali kakak sepupunya ini selalu mengingatkan bahwa pasien yang dirujuk ke Juna ini salah satu orang terpenting di hidup Kakaknya itu. Meskipun Edo tidak pernah menjelaskan detail sepenting apakah gadisnya bagi kakak Sepupunya itu.

“Yaudah, tolongin gue ya. Gue cuma mau yang terbaik buat dia.” ujar Edo kemudian mengakhiri pembicaraan mereka.

Aku gak harus bersaing dengan kakak sepupuku sendiri kan, Nis? 

***

~~~To be continue~~~

Nisa sakit apa ya, gaes? Ada hubungan apa Nisa dengan Bang Dyon?

Tweet
Pin
Share
0 Shares

About Nurul Aria

A(+) · Ibu 1 Anak · Penyuka Lukisan Alam · Bookworm · Virgo · Crochet & Knitt-er · My Last Book: Menikahimu Itu Pilihanku

Reader Interactions

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Primary Sidebar

Yuk subscribe sekarang untuk dapat kabar terbaru dan ulasan terbaru dari saya mengenai buku, event dan film. Janji gak bakal spam, kok! 😄

  • Email
  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter

Ulasan Terbaru di Perspektif Rula

Rumah Wijaya X Ganara Art

HEALING TIPIS TIPIS DI RELAUNCH RUMAH WIJAYA X GANARA ART SPACE

Revu

KEMUDAHAN MENJADI REVIEWER DI REVU INDONESIA

Scarlett Brightening Shower Scrub

MANDI MEWAH DENGAN VARIAN TERBARU SCARLETT BRIGHTENING SHOWER SCRUB: CHARMING, FRESHY, JOLLY

CICA Acne Care

ATASI JERAWAT MEMBANDEL DENGAN N’PURE CICA SERIES ACNE CARE

Webinar PediaSure

ARGININ & VITAMIN K2, FORMULA BARU DALAM PEDIASURE YANG BERPERAN PENTING UNTUK MENCEGAH STUNTING

[FICTION] ANYONE OF US (STUPID MISTAKE) (PART 3) [FICTION] ANYONE OF US (STUPID MISTAKE) (PART 3)

"So, gimana kondisi kamu sekarang?" Juna memecah keheningan di antara mereka. "Eh, ini kita santai aja gapapa ya, Nis?"

"Jadi, kamu udah tau penyakit aku sekarang" Oke, Nisa masih belum selesai memproses semuanya. 

"Iya, aku tahu penyakit kamu. Dan ya, aku pernah handle kasus serupa. Jadi aku akan bantu kamu untuk cari solusi dari penyakit kamu ini." Ujar lelaki berkacamata ini. "Itu juga yang jadi alasan kenapa bang Dyon, maksud aku, dokter Edo konsulin pasiennya ke aku, yang ternyata itu kamu." lanjutnya lagi.

"Bang Dyon?" tanya Nisa heran mendengar nama yang asing di telinganya. 

"Dokter Edo, dokter yang selama ini periksa kamu itu adalah sepupu aku, Nis. Aku biasa panggilnya Bang Dyon. Dyonisius Edo Dharmawan." jawab Juna. "Dan dia secara khusus minta aku untuk handle kasus kamu ini." lanjutnya lagi. 'Karena kamu orang terpenting di hidupnya, Nis' yang ini hanya terucap lirih dalam hati Juna.

"I see" Nisa hanya mengangguk angguk tanda mengerti.

"Sebelum kita lanjut bahas kasus kamu, ada yang masih ingin kamu tanyain?" Juna menatap Nisa yang masih terlihat bingung.

"Atau kamu gak nyaman karena dokter yg dirujuk ternyata aku? Nanti biar aku omongin ke Dokter Edo" tanya Juna lagi karena melihat Nisa yang masih bergeming.

"Eh, bukan begitu, Jun. Aku cuma masih memproses aja cara semesta mempertemukan kita lagi." ujar Nisa "Kebetulan yang aneh aja menurutku". lanjutnya.

"A lot of surprise, ya" imbuh Juna. yang dibalas anggukan oleh gadis berhijab di hadapannya. 

"Eng, tapi aku boleh tanya sesuatu gak, Nis?" Juna tak mampu lagi menahan rasa penasaran yang sejak tadi berputar di kepalanya. 

"Tentang?" Nisa menatap lelaki berkacamata tersebut heran.

"Kalo boleh tau, hubungan kamu dengan dokter Edo selain sebagai pasien dan dokter, sepertinya kalian juga dekat." Juna mengeluarkan rasa penasarannya.

"Kenapa nanya gitu?" yang malah menimbulkan pertanyaan baru dari Nisa.

"Karena Bang Dyon bilang kamu salah satu orang terpenting di hidupnya" tersirat nada cemburu dalam ucapan Juna, yang entah disadari atau tidak oleh Nisa. 

~~~

Juna kepo dong, bun...😌😌

#TulisanRula #FlashFiction #NisaJuna #Fiksi
SADA HYBRID BEAUTY Annyeong Yeorobun... What do SADA HYBRID BEAUTY

Annyeong Yeorobun...

What do you think saat pertama baca atau denger kata Hybrid Beauty Technology?

Me, amazed, sih. Ternyata industri kecantikan pun bisa juga mengadaptasi Hybrid Technology ini. Yaitu, mengkombinasikan make up berteknologi tinggi dan manfaat skincare yang menutrisi. Jadinya Make up gak hanya membuat kita tampil cantik aja, bun, tapi juga membuat kulit tetap terawat.

Salah satu yang menggunakan Hybrid Beauty Technologi adalah @sadabycathysharon .

Karena penasaran, saya jadi ikutan beli dan cobain Khelir Cotton Liptint ini. 

Dari 6 pilihan shade:
💄 Rosy Rosi (Pink Guava)
💄 Sweet Sica (Coral Sweet)
💄 Luscious Lana (Berry Red)
💄 Golden Coco (Orange Nude)
💄 Lia Love (Nude Pink)
💄 Cherry Bon Bon (Deep Red)

Pilihan saya jatuh ke Cherry Bon Bon dan Rosy Rosi. Saat pertama diaplikasikan ke bibir, yang pertama ternotice adalah aroma watermelonnya dan rasa semriwing di bibir.

Ternyata yaa, Khelir Cotton Liptint ini memang punya banyak kandungan, seperti:
👄 Cooling Sensation, yang membuat bibir terasa lebih segar.
👄 Gel Base, yang mampu menjaga kelembaban bibir lebih lama.
👄 Shea Butter, yang membuat bibir terasa lebih moist dan hydrate.
👄 Adenosin, yang berfungsi sebagai anti aging agent untuk membantu pembentukan kolagen.
👄 Vit. E, yang berfungsi sebagai Anti Oxidant dalam menangkal radikal bebas.
👄 Honey Extract, yang menutrisi bibir sehingga sehat dan terlihat lebih cerah.
👄 Coconut Extract, yang berfungsi untuk menenangkan dan melembabkan kulit.

Dan kerennya lagi, Khelir Cotron Liptint ini memberikan experience Beyond Beauty with #YourKhelir dengan formulanya yang transperproof dan juga bisa personalised di packagingnya.

Liptint ini juga multipurpose, loh. Bisa digunakan untuk Bibir, Pipi dan Mata. Free Paraben, Safe Ingredients, Non animal tested & Vegan, dan yang pasti Halal.

Oh iya, ini saya belinya di Official Store Shopeenya @sadabycathysharon , lagi ada bundling 140K dapet 2 liptint, plus bisa grafir nama di packagingnya.

So, what are you waiting for, Bun?

#SADAHybridBeauty
#RulaReview
#RulaRekomen
[FICTION] ANYONE OF US (STUPID MISTAKE) (PART 2) [FICTION] ANYONE OF US (STUPID MISTAKE) (PART 2)

"I just want to kiss you, Nis."ujar Dana lirih, namun masih tertangkap pendengaran Nisa.
"Gue sayang sama lo, tapi gue juga bingung sayang ke elo sebagai sahabat, atau bukan." lanjutnya sambil menatap Nisa dalam.

Nisa bergeming, otaknya masih berusaha mencerna ucapan sahabat lelakinya ini.

"Gue cuma mau mastiin perasaan gue". Ujar Dana serius.
"Dengan nyium gue?" tanya Nisa ragu. Dan lelaki di hadapannya mengangguk.
"Kalo saat kita ciuman, gue gak ngerasain apa apa, ya berarti gue cuma sayang sebatas sahabat sama lo" lanjut Dana.

"Teori lo aneh, Dan" Ya, sahabatnya yang satu ini emang gak pernah bisa Nisa pahami jalan pikirannya.
"Boleh ya, Nis. Sekali aja. Sebentar aja." Dana sedikit memaksa.

*Flashback off*
...

"Nona Faranisa Maheswari"

Panggilan dari perawat tersebut menyadarkan Nisa dari lamunannya.

"Nona Faranisa Maheswari" sekali lagi perawat di poliklinik tersebut menyerukan namanya. 

"Saya, sus" Nisa pun berdiri dan menghampiri perawat tersebut. Yang kemudian membawanya ke salah satu ruangan dokter yang akan ditemui Nisa siang ini.

dr. Arjuna M Dharmawan. Sp.S (K). Nama yang tertera di depan pintu ruangan yang akan Nisa masuki. 
'Mirip namanya Juna.' ujar Nisa dalam hati.

"Dok, ini pasien terakhir." Ujar perawat berseragam biru tersebut sambil mempersilahkan Nisa masuk. Yang hanya dibalas anggukan dari dalam. 

"Siang, Dok" Nisa memasuki ruangan serba putih itu.

"Eh, Loh!" Ujarnya spontan saat melihat lelaki dari masa lalunya yang kini sedang duduk di hadapannya. 

"Silahkan duduk, Nis." ujar lelaki tersebut.

"Aku gak salah masuk ruangan, kan?" tanya Nisa masih dengan keterkejutannya. Namun tetap menuruti perkataan Juna untuk duduk.

"Nope." jawab lelaki itu sambil memamernya senyumnya.

"Oh, shit" lirih Nisa. "Jadi dokter yang direkomendasiin itu kamu, Jun?" Nisa masih belum percaya sepenuhnya.

"Iya. Akupun baru tahu tadi siang kalo pasien yang direffer konsul ke aku itu kamu. Another surprise ya, Nis".

Nisa bergeming. Otaknya masih mencoba untuk memproses.

"So, gimana kondisi kamu sekarang?"

~~~

Ketemu lagi mereka 😌

#TulisanRula #FlashFiction
KOREA DESSERT, FATCARON Annyeong Yeorobun... Bua KOREA DESSERT, FATCARON

Annyeong Yeorobun...

Buat kamu yang suka makanan manis, kayaknya wajib banget cobain Korea No. 1 Handmade Dessert dari Son Cafe, Jakarta ini deh.

K-Macaron ini, tuh:
✅ Bahan coquenya 100% Almond
✅ Gluten Free, karena tidak menggunakan tepung
✅ Less Sugar
✅ Dibuat dengan Resep Korea

Udah gitu ada 20 pilihan varian rasa. Yang saya cobain ini Varian Bubble Gum.

SEENAK ITU!!

Fatcaron dari @soncafe_kmacaron ini juga bisa kalian order via Gofood/Grabfood ya, bun.

#soncafejakarta #koreandessert #fatcaron #gofoodjakarta #grabfoodjakarta 

#KMacaron #GlutenFree 

#RulaReview #RulaRekomen #BundaAdhisReview #BundaAdhisRekomen
MARTABAK MINI TEFLON Annyeong Yeorobunn... Udah MARTABAK MINI TEFLON

Annyeong Yeorobunn...

Udah tahu, kan kalo @indomilk dan @yummy.idn bikin #KontesResepJajananPasar lagi dalam menyambut Ramadan kali ini? 

Pas denger Jajanan Pasar, yang langsung melintas di otak saya adalah Martabak! Apalagi kalo dituangin Indomilk Kental Manis Swiss Choco, yummy banget pasti😍.

Langsung aja saya cari resepnya buat di-recook, dan ini dia resepnya...

Bahan: 
125 gr Tepung Terigu protein sedang
180 ml air matang
3 sdm margarin (lelehkan)
2 sdm gula pasir
2 sdm susu bubuk (optional)
1 butir telur ayam
½ sdt baking powder
Indomilk Kental Manis Swiss Choco secukupnya

Cara Buat:
1. Campurkan tepung terigu, gula pasir, baking powder, susu bubuk dan air. Aduk adonan hingga tidak ada yg menggumpal. Diamkan 5-10 menit.
2. Kocok lepas telur ayam 
3. Campurkan margarin yg telah dilelehkan dan kocokan telur ayam ke dalam adonan. Aduk hingga rata. Kemudian saring adonan untuk memastikan tidak ada adonan yg menggumpal.
4. Panaskan teflon dengan api kecil. Kemudian tuangkan adonan hingga memenuhi setengah bagian teflon dan goyang goyangkan teflon untuk membentuk pinggiran martabak.
5. Tunggu sampai bagian pinggir mengering dan bagian tengah bergelembung, kemudian taburkan gula pasir secukupnya. Dan tutup teflon, diamkan sejenak. Lalu angkat.
6. Selagi panas, oleskan martabak dengan margarin dan tuangkan Indomilk Kental Manis Swiss Choco sebagai toppingnya. Potong sesuai selera. 

Voilaa, jadi deh Martabak Mini Teflon-nya. Saya bikinnya agak tipis memang, jadi lebih mirip pancake.

Oh iya, kalo Yeorobunn mau ikutan #KontesResepJajananPasar juga bisa yaa..

Caranya:
1. Beli produk Indomilk Kental Manis rasa apa saja.
2. Buat resep Jajanan Pasar dengan Indomilk Kental Manis.
3. Upload foto kreasi resep Jajanan Pasar versi kalian.
4. Tulis detail resep di caption  dengan mention @indomilk dan @yummy.idn.
5. Sertakan hastag #KontesResepJajananPasar #IndomilkXYummy #ResepGakAbisAbis di caption.
6. Pastikan sudah follow @indomilk dan @yummy.idn .
7. Menangkan hadia mingguan dan THR total PULUHAN JUTA RUPIAH.

Periode Kompetisi ini berlangsung dari 14 Maret 2022 - 8 Mei 2022 ya, bun.

Yuk, ikutan kompetisinya!

#RulaRekomen
[FICTION] ANYONE OF US (STUPID MISTAKE) (PART 1) [FICTION] ANYONE OF US (STUPID MISTAKE) (PART 1)

Aroma klorin menyapa indra penciuman Nisa ketika pintu kaca di hadapannya terbuka. Segera Nisa melangkahkan kedua kakinya menuju loket pendaftaran yang berada tak jauh dari tempatnya masuk tadi.

Setelah mendaftarkan dirinya dan mendapatkan nomer antri pasien, Nisa beranjak ke lantai 2, di mana ruangan dokter praktek yang akan ia temui berada.
 
“Untung belom telat” ujarnya bermonolog saat melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.

Nisa yang pagi tadi sempat  tertidur lagi karena merasakan kembali sakit di kepalanya saat menerima telepon dari lelaki di masa lalunya itu, akhirnya terbangun karena pintu kamarnya diketuk oleh sang Kakak yang mengingatkan janji konsulnya dengan dokter.

Dan di sini lah ia sekarang. Duduk di kursi ruang tunggu poliklinik rumah sakit sambil mendengarkan radio dari earphonenya.. 

I’ve been letting you down, down.
Girl I know I’ve been such a fool.
Giving into temptation.
I should’ve played it cool.
The situation got out of hand
I hope you understand

“Ah, lagu ini..” ujar Nisa lirih, kala Anyone of Us-nya Gareth Gates menyentuh gendang telinganya.

Angannya kembali ke masa lalu. Satu hari sebelum Juna pergi menghilang tanpa kabar.

*Flash back on*

"Boleh ya, Nis" Dana menatap Nisa dengan tatapan memohon sambil menangkupkan kedua tangan di depan dadanya. 
"Lo gila, Dan!" seru Nisa. "Lo kan tau gue udah punya pacar, ya masa gue musti ciuman sama lo. Permintaan lo aneh banget, asli!" lanjut Nisa lagi heran.

Iya, baru saja Dana, lelaki yang sudah dianggap Nisa sebagai sahabatnya, salah satu teman lelaki Nisa yang masih dekat dengannya sejak SMP itu tiba tiba meminta Nisa untuk menciumnya. Bukan di pipi, tapi di bibir.

"Ya, anggep aja ciuman persahabatan. Kan gue mau kuliah di luar kota." Ujar Dana masih dengan tatapan memohonnya.
"Hubungannya apa coba?" Nisa benar benar gak paham lagi jalan pikiran lelaki bermata sayu di hadapannya ini.

"I just want to kiss you, Nis."ujar Dana lirih, namun masih tertangkap pendengaran Nisa.

~~~

Ngadi ngadi emang di Dana ini 😒.

#TulisanRula
#Fiction #Fiksi #FlashFiction

© 2019–2022 · Perspektif Rula by Belle Design Studio